Sunday, December 28, 2014

Feeling Blessed

Tahu bahwa ketika sebuah tim produksi lagi merancang sebuah serial, dan mereka berpikir kalau yang cocok nulis itu adalah gue, scriptwriter yang pop up pertama di kepala mereka adalah gue... rasanya sungguh wow.

Alhamdulillah,

Barakallah.


Friday, November 21, 2014

Cara Bikin Twist Cerita

Twist cerita, atau beberapa teman bilangnya kelokan tajam atau bahkan putar balik cerita, adalah momen dalam cerita yang bikin pembaca/penonton kaget. Mereka ngiranya cerita akan ke mana, taunya beloknya ke mana. Mereka ngiranya pelakunya si A, ternyata si B yang nggak disangka-sangka.

Contoh cerita yang nge-twist : film “The Others” (2001), “Identity” (2003), "Hello Ghost" (2010), "Couples" (2011) dan kalau cari di google akan banyak banget.

Kejutan dari twist cerita ini bisa bikin pembaca/penonton suka atau sebel. Tapi buat gue, twist cerita itu sesuatu yang asik dan perlu. Kadang kalau gue bikin cerita, ketemu twist dengan sendirinya :). Tapi sering juga kalau bikin cerita, plotnya ketebak :(. Makanya, gue ubek2 google untuk cari tau gimana cara bikin twist cerita.

Baca artikel ini, katanya untuk bikin twist cerita itu caranya:

1. Bikin ending terbuka
Cerita dibiarkan menggantung, biarkan pembaca/penonton yang nebak-nebak endingnya. Tapi berdasarkan pengalaman, ending terbuka ini kurang seksi di tayangan tv. Penonton tv maunya yang tuntas. Bahagia ya bahagia. Dapat hukuman ya dapat hukuman.

2. Pakai narrator yang nggak bisa dipercaya
Karena biasanya orang tuh percaya aja sama yang dikatakan narrator dalam sebuah cerita. Ketika audiens percaya kalau cerita yang dibawakan narrator akan menuju ke arah tertentu… (meski tentunya sudah ada petunjuk keciiil aja bahwa narrator gak sepenuhnya bisa dipercaya) .. maka pas penutup ceritanya beda dari giringannya si narrator, ini akan jadi twist.
Contoh: Alfred Hitchcock Presents the series.



3. Pelintir karakter cerita
Misalnya orang yang baik ternyata dia jahat. Orang yang keliatannya jahat taunya dia malaikatnya.

4. Langsung awali kisah dari klimaks cerita
Dengan cara ini, pembaca/penonton jadi bertanya-tanya ada apa??? Kan masih sedikit info tuh tentang siapa ngapain dalam situasi apa. Jadi orang bebas nebak-nebak.  

5. “Kill your darling”
Sebenernya di artikel aslinya tidak ditulis begini, tapi gue suka sama istilah ini. Singkat padat. 

pic from askthehamadabrothers.tumblr.com
Gambaran Kill Your Darling begini: kalau di cerita ini ada yang dikagumin, yang diharap bisa nolong tokoh utama, tempat si tokoh utama bergantung… musnahkan saja. Matiin kek, bikin sakit gak bisa apa-apa kek, diculik kek, difitnah kek… lalu lihat apa yang akan dijalankan si tokoh utama.


Ada banyak lagi tulisan yang ngasih tips cara bikin cerita yang nge-twist, tapi so far inilah yang paling gue paham.

Yuk, mari nge-twist.

Tuesday, November 04, 2014

Cerita dari Penjual Mainan Murah

Teringat Bu Menteri Susi Pudjiastuti yang lagi hits. Ijasah cuman SMP, tapi punya perusahaan ekspor lobster dan sebuah maskapai. Diliat sejarahnya, awalnya Bu Susi keluar dari SMA, terus jadi pengepul ikan. Dia konsekuen, konsisten, ulet, punya modal dengkul, plus pake insting dan otak. Nah, anak muda yang gue temuin secara kebetulan ini sepertinya punya modal dengkul yang sama.

Meski nasib belum tentu sama, tapi boleh lah gue cerita tentang anak muda ini.

Sebut aja namanya Novan. Umur 23 tahunan. Gue liat dia naik mikrolet yang sama dengan gue, tapi dia naik dari Pasar Gembrong (pasar khusus mainan anak yang harganya murah bingits). Bawaan si Novan lumayan banyak. Satu plastik hitam ukuran kantong sampah besar yang ternyata isinya mainan-mainan anak. Kok beli mainan anak sebanyak itu? Iya, buat dijual lagi di depan SD di Rawamangun, pake pikulan, kata cowok itu.

Sepuluh tahun Novan jualan mainan anak. Awalnya nggak jualan sendiri, melainkan menjualkan barang dagangan orang. Dan itu berarti dia start di usia 13 tahun!  *inget-inget, gue umur 13 tahun itu SMP kelas 2, mainan tinggal minta ortu dan dibeliin*.  Setahun menjualkan dagangan orang lain, dia pun paham cara dagang, cara cari pasar, dan cara belanja (milih barang dan nawar). Lalu dia memberanikan diri untuk dagang sendiri.

Permodalan dan keuntungan

Modal awalnya diambil dari tabungan sendiri. Cukup buat beli 5 macem mainan murahan dikalikan masing-masing selusin di Pasar Gembrong. Murahan di sini dalam arti harganya Rp.1000 – 3000. Jangan lebih dari itu, karena harga jual eceran dia maksimal 5000. “Buat anak SD di tempat saya jualan, mainan anak 5000 itu udah mahal. Belum lagi kalau ibu-ibunya yang beli, nawarnya sadis!”

Jual mainan itu gampang-gampang susah. Meski Novan sudah punya tempat asongan di depan sebuah SD, bukan berarti perdagangannya aman 100 persen. Dari selusin mainan yang dia beli, paling yang habis cuman setengahnya. Paling banter 10 biji deh. Dari yang terbeli, ada kalanya ternyata rusak, jadi pembelinya minta tukar.

Udah gitu, risiko barang rusak muncul karena Novan juga dagang keliling. Mainan-mainan yang dibawa ke sana sini bisa aja jadi rusak. *gak dibawa ke sana sini juga bisa rusak kok Mas*.

Mainan-mainan yang nggak laku diapain? Dikumpulin. Ntar sebulan sekali, atau berapa lama sekali deh, dia obral. Misalnya, 20ribu dapat 3. Paling nggak, Novan nggak numpuk barang kelamaan. “Dagang ada perhitungan, ada spekulasi. Bisa untung, bisa rugi” kata dia.   

Selama Novan berdagang, modal yang kembali dia putar lagi. Caranya, seminggu sekali dia belanja di Pasar Gembrong. Dan setiap belanja ya sekantong sampah besar itu.

Soal keuntungan, katanya habis buat biaya hidup sendiri. Buat makan dan bayar sekolah. Yup, SMA malam. *salut*. Sedangkan buat uang makan, alokasinya sehari dua kali makan. Biasanya beli sarapan di warung dengan air minum yang banyak, siang nggak makan, malam baru makan lagi. Atau pagi beli sarapan, siang makan, malam minum air putih. *gue harus lebih bersyukur, bisa makan sehari tiga kali, di luar cemilan kelas berat*.

Trus Novan ngasih duit ke ortu nggak? Dengan sedih dia menggeleng. Buat dia aja ngepas! Orang tuanya emang jarang minta uang ke dia. Tapi pernah juga mereka minta. Dikasih? Nggak. Cuman setelah itu dia kepikiran. Akhirnya besoknya dia kasih deh ortunya uang. Konsekuensinya, dia puasa. “Habis gimana lagi, saya mesti nabung buat bayar sekolah,” kata dia.

Perjalanan mikrolet makin jauh dari tempat awal. Penumpang mulai berkurang satu per satu. Seorang bapak berusia 60tahunan yang dari tadi memperhatikan kami akhirnya angkat bicara.

“Kamu udah berapa tahun jualan mainan anak?” tanya dia ke Novan.

“Sepuluh tahun, Pak.”

“Saya 30 tahun. Udah paham banget liku liku jualan mainan anak,” ujarnya bangga. Wah, pedagang mainan anak juga? Setelah gue liat-liat, ternyata bungkusan besar di pojok mikrolet itu bawaan dia.

Si Bapak ini bangga karena dengan jualan mainan, dia bisa membiayai keluarga. Anak pertama dan keduanya sekarang kuliah, yang ketiga alias bungsu masih SMA. Kata dia, dagang itu bisa untung asal nggak macem-macem. Judi misalnya. Haaah?

Awas anak-anak rentan judi

Judi??? Iya. Novan bilang, teman-teman seumurnya yang juga jualan mainan anak banyak yang ngeblangsak. Gara-garanya nggak kuat iman. Begitu dapet duit, beli narkoba, atau judi. Kesenangan sesaat. Bisa jadi karena pengen cepat lepas dari beban hidup yang berat.

Awas ya, jangan judi! Ancam si Bapak. Novan buru-buru menggeleng. Dia nggak judi. Syukurlah. Lalu si Bapak juga ngancem, jangan bikin anak-anak berjudi. Waduh, gimana lagi tuh??

Jadi gini… ada aja pedagang mainan anak yang menggelar papan penuh nomor, lalu anak-anak SD akan bertaruh di nomor yang mereka kehendaki. Lalu dadu dikocok sampai ada 2 kombinasi angka. Kombinasi itulah yang keluar sebagai pemenang. Kalo ada anak yang naroh uang di angka itu,  anak itu pun dapat hadiah mainan! Yeay!

Wait! Pake uang? Yes. Gopek. Tapi kalikan berapa anak tuh yang naroh gopek di tiap nomor yang dikehendaki. Dan kalikan berapa sesi? Dari sisi pemasukan pedagang mainan, cara ini menguntungkan. Banyak duit masuk. Mainan yang direlain juga cuman 1 di tiap sesi. Masalahnya, dari sisi anak, mereka jadi terdidik buat judi. Ngeri gak siiiiiih??? Awas makanya. 

Maaf. Ini jadi melenceng ya ceritanya. Tadinya mau beberin perjuangan orang dagang, malah jadi ngomongin pendidikan judi sejak dini (*ketok2 meja*). Ya udah mah… Ati-ati aja semuanya ya. Yang mau usaha yang bener, tetep ulet dan semangat, dan jangan ngajarin yang nggak-nggak  ya. InsyaAllah berkah. 

Friday, October 31, 2014

Asisten-Asisten Nyoba Smartphone

Ayo mbak2... belajar whatsapp... trus coba kirim foto pake whatsapp ya... biar momen2 para krucils langsung bs dishare ke ortunya, omnya, tantenya, eyangnya.

Nasehat Bukan Pedagang Toko Online untuk Pedagang Toko Online

Gue males buka facebook. Soalnya pernah dibanjiri tag dagangan online sejumlah temen (yang ternyata nggak kenal banget juga). Karena itu, pas ada sepupu yang mulai pakai facebook-nya untuk dagang online, gue japri dia. “Dek, kalo dagang jangan nge-tag gue yak. Capek un-tag-nya. Hehehee”. Sent. Dan gue merasa hidup lebih damai dengan mengurangi satu tagger. 

Ternyata perasaan gue nggak damai bo. Gue merasa bersalah. Kasian gitu, sepupu yang masih mahasiswa, pengen belajar cari duit sendiri, kok ya sepupunya yang cakep dan udah mapan ini nggak mendukung. Lagian gue harus jujur pada diri sendiri *halah*, kalo sejak gue install instagram, gue juga suka liat display dagangan online orang lain. Gue bukan follower mereka… tapi barang-barang lucu yang mereka jual gampang gue temuin berkat tanda sakti bernama hestek (#).

Nah, berdasarkan pengalaman itu, gue suruh aja sepupu gue posting dagangan di instagram juga. Pakai hestek sevariatif mungkin. Gue tunjukin caranya. Dia langsung tertarik. Dia juga langsung minta ajarin bikin akun instagram buat toko online-nya! Lalu dia tunjukin deh HP-nya… yang ternyata aslik nggak mendukung aplikasi instagram. :(

Oke… demi bisa beli smartphone, demi merambah instagram, akhirnya sepupu gue itu buka garage sale biar barang lebih cepet laku. Laba yang terkumpul plus duit hasil bobol ATM sendiri akhirnya cukup buat beli smartphone. Gue udah wanti-wanti, meski budget-wise, spesifikasi HP-nya mesti canggih. Soalnya pasti bakal banyak upload foto. Karena itu pilihan jatuh ke sebuah smartphone dengan RAM 2GB, second tapi kinyis-kinyis.

“Smartphone pertamaku!” jerit dia bangga. Pastilah bangga, beli pake duit sendiri gitu :). Untuk datanya gue beliin Simpati biar koneksi internetnya cepet dan bebas blankspot. Terus gue suruh dia login pakai akun gmail yang dia punya. Setelah itu gue tunjukin cara cari dan install bermacam aplikasi yang dia butuhin buat toko online-nya. Ada BBM, Line, Whatsapp, FB, dan tentu saja instagram!

Nah, sejak itu sepupu gue itu nggak bunet alias buta internet smartphone lagi. Sekarang dia udah bebas upload barang dagangan dari mana aja. Nggak mesti dari komputer rumah kayak sebelumnya. Waktu yang dibutuhkan buat upload juga lebih sedikit. Tinggal jepret pakai kamera hp, edit pakai aplikasi di hp, trus upload. Nggak perlu pindah-pindah foto pake kabel data lagi. Praktis!

Mau intip toko online sepupu gue? Nih instagramnya à @geist_shop untuk baju dan asesori casual, @lalita_indo untuk sewa kebaya. Monggo…:)

Tuesday, October 07, 2014

Pengejar Mimpi

Tadi sore ada seorang musafir datang ke rumah kakak. Masih muda, usia 27 tahun, asal Indramayu, lulusan Fakultas Biologi dari universitas swasta di sana. Mas bernama Fatik ini ngakunya anak petani. Dia sopan tutur katanya. Bajunya rapi, meski agak lecek kayak mukanya. Mungkin karena efek aktivitas seharian.

Kedatangan Fatik mau minta ijin Pak RT untuk nginap di musholla kampung. Ya, kebetulan kakak gue Pak RT-nya. Kebetulan juga kakak gue nggak ada di rumah karena lagi ngantor. Jadi kita-kita yang di rumah lah yang nerima Fatik, sambil nunggu telpon tersambung ke Pak RT. 

Jadi Fatik ini datang ke Jakarta dalam rangka tes Calon Pegawai Negeri Sipil yang diadakan di kampus sebelah. Dia nggak punya teman atau saudara di sekitar kampus tersebut. Ada sih temen, tapi di Cikarang. Jauh minta ampun. Riskan buat nginep sana, secara besok itu tes CPNS berlangsung dari jam 8 pagi. Telat sedetik aja, nggak boleh masuk. Percuma dong jauh-jauh dari Indramayu kalo di sini nggak bisa tes juga. Departemen yang dituju? Departemen Pendidikan. 

Fatik sendiri sempat istirahat di mesjid kampus. Tapi ternyata mesjid kampus selalu ramai mahasiswa. Alhamdulillah. Sayangnya, karena rame, kalo mau istirahat di mesjid jadi nggak maksimal. Padahal untuk tes CPNS yang penting banget itu perlu selonjoran dan tidur dengan tenang. Itulah makanya Fatik jalan ke kampung sebelah nyari tumpangan. 

Simpati ke Fatik, gue dan nyokap yang kebetulan jadi penerima tamu berharap dia bisa istirahat di musholla kampung. Tapiiiiiiiii, masuklah telpon dari kakak gue... kakak gue bilang nggak bisa terima dia di musholla. Yaaahhhh. 

Penolakan buat Fatik nggak asal tolak. Udah dipikirin dulu. Kakak gue juga udah telpon ke marbot musholla yang ternyata sore ini pulang kampung karena mertuanya anfal :((. Jadi habis isya, jamaah yang terakhir yang ngunci pintunya. Nggak ada yang tanggung jawab tinggal di musholla. 

Selain itu, di musholla lagi sering ada kehilangan. Uang kotak amal beberapa kali hilang. Tuduhan-tuduhan muncul secara liar dari jamaah pada siapa pun yang kira-kira mencurigakan. 

"Bukan mau nuduh Mas Fatik akan mencuri. Sama sekali bukan. Kami cuman menjaga pikiran-pikiran yang mungkin timbul. Kalau ada kehilangan pas Mas Fatik nginep sana, bisa jadi ada aja yang berpikir negatif." 

Yang kecewa dengan penolakan itu bukan cuman Fatik. Gue dan nyokap juga. Kita emang berharap musafir ini bisa istirahat dengan nyaman di lantai musholla yang keras dan dingin (tapi at least tempatnya bersih dan tertutup, terlindung dari angin dan hujan). Cuman gimana pun juga, yang tanggung jawab lingkungan, termasuk musholla-nya, ya Pak RT. Dan keputusan Pak RT harus dihormatin. 

Untungnya Fatik sangat ngerti. Dia nggak sedih. Diterima syukur, ditolak pun tak apa. Lagian dia berterima kasih banget karena di sesi bertamu yang nggak sampe setengah jam itu dia merasa diperlakukan baik sekali. Dia siap nyari tempat istirahat lain. 

Fatik pamit setelah nyokap ngasih petunjuk beberapa alternatif tempat buat nginep, antara lain: senat mahasiswa. Saking simpatinya sama orang ini, nyokap sampai nganter dia ke pager. Bahkan didoain juga: semoga keterima, dan kalau kerja amanah. 

Doa gue juga sama. Terutama karena akhir-akhir ini semangat juang gue turun. 

Makasih ya udah ngirim pengingat. 





Thursday, September 18, 2014

Kelas AkberJkt : Storytelling for Brands

Sejak kecil kita terbiasa mendengar cerita/dongeng. Tanpa kita sadari, nilai-nilai di cerita itu kita kenali, akrabi, malah akhirnya ada yang jadi perilaku kita. Misal, nilai pertemanan, gotong royong, hormat ke orang tua. Pernah dengar dendang tradisional Aceh yang liriknya bercerita tentang fenomena laut dan akhirnya menyelamatkan warganya saat Tsunami? InsyaAllah gue ceritain di judul lain. Singkatnya, kekuatan cerita itu ada.

Buat yang tertarik belajar bercerita, kelas Akademi Berbagi Jakarta 17 September 2013 kemarin seksi banget. Judulnya “Storytelling for Brands”. Yang ngajar Matthew Mendelsohn (@waliwali1), seorang storyteller, backpacker, entrepreneur dan professional di bidang retail. Dia mengelola beberapa brands antara lain Fossil dan Marc Jacobs. Bukunya yang sudah terbit: Journey of Storytelling. 

Di kelas yang berlangsung di Universitas Moestopo Jakarta ini, materi belajarnya adalah pentingnya bercerita dalam membangun reputasi sebuah brand/merek. Bagaimana merancang konsep cerita sebuah brand/merek? Apa saja yang dibutuhkan untuk mendukung cerita kita? Kira-kira kisah seperti apa yang menarik dan memiliki kelekatan dengan audiens-nya?

Menarik! Sayang, karena ada urusan lain, kelas ini gue lewatkan! L. Jadi gue pantau aja dari twitter-nya Akber Jkt dan Mbak Sita yang jago live-tweet (permisi mbak Sita….).  OOT dikit: Meski kelas-kelas Akademi Berbagi bisa dipantau lewat twitter, tapi tetap lebih baik datang langsung ke kelasnya. Kenapa? Karena… live-tweet nggak akan komprehensif memindahkan apa yang terjadi di kelas. Ilmunya, interaksinya, diskusinya, saling menulari semangat untuk belajarnya, bahkan networking-nya, kalau ngandelin live-tweet doang, itu semua nggak akan didapat.

Sekarang, review kelas…

Dari kecil kita sudah sering dikasih cerita/dongeng, sehingga kalau brand bisa diutarakan seperti cerita akan lebih mudah dicerna. *angguk-angguk*

Brand itu seperti orang. Bisa diceritakan lewat berbagai media. Lewat blog, twitter, TVC, iklan cetak, below the line, dll. Ceritanya harus real, nggak palsu. Juga bukan info produk atau product-knowledge. Jadi ceritanya pun harus luwes, nggak kaku, yang melibatkan emosi, dan secara empirik terjadi pada pemakai brand itu sendiri.

Dari semua brand yang beredar, yang benar-benar kita butuhkan paling banyak hanya sekitar 10 persen. Mereka bersaing untuk mendapatkan perhatian konsumen. Karena itulah brand menggunakan konsep story telling untuk memasarkan produknya, bahkan menaikkan nilai jualnya.

Untuk membujuk manusia agar bertindak (bisa itu membeli, bergabung, dll), cermati dulu apa yang mendorongnya. Manusia kan bertindak pakai logika dan rasa. Menyambungkan keduanya? Butuh cerita yang pas.  *angguk-angguk lagi*

Cerita itu macam-macam. Ada orang yang beli jam hanya karena mirip dengan warna baju pengantinnya. Ada juga yang membeli produk karena mendapat insight tentang hebatnya proses di belakang layar dari sebuah produk.

Step to Any Journey : Idea à Process à End of Product à Awesome Event

Lihat Rolex. Umur brand ini sekitar 107 tahun. Tapi dia baru benar-benar populer sekitar 1980-an, saat dia bisa sampai tahap awesome event sehingga orang-orang ingin punya produk itu. Lalu lihat produk teknologi yang mengangkat kisah teknis di belakangnya: prosesnya dulu, baru fungsinya. Di sini yang dibangun adalah kepercayaan antara konsumen dan engineer benda-nya dulu.  

It’s the story, not the function that matters… and it’s psychological. Great story is built on character. It starts with the right peple/mindset.

Passion + Emphaty = Successful Storytelling

Build the story from the bottom up. The 2 magic words are “SO WHAT?”.

Another important aspect of your story is “I” and “We”. People want to know about your personal experience. First person matters. (langsung inget-inget iklan yang pakai cerita testimony). If you do your story right, people can become quite emotional about your brand. (contoh: airlines).

Ini produk yang dinilai storytelling brand-nya berhasil : Amazon, Apple, Disney, dan Starbucks. 

Banyak produk yang fungsinya sama, konsumen akan pilih yang mereka percaya. Start small, and build up your story. Eventually, it’ll get bigger. ***


Thursday, September 11, 2014

Kebahagiaan Itu Bukan Ditunggu

Keren nih konten video* ini.


Iklan? Memang.
Gue suka pesannya.
Dan punchline-nya.

*Iklan SK-II

Tuesday, September 09, 2014

What a Life

Baru aja selesai chating sama seseorang.
Dia ngabarin sebuah surprise. 
Surprise yang bikin gue ketawa ngakak. 
Soalnya dulu... pada masa itu... gue udah ucapin sesuatu... yang ternyata sama seperti surprise ini. 
Dia ternyata juga inget gue pernah ngomong sesuatu itu. 
Trus di chat itu kita ngakak bareng. 
Pake hahahahaha dan icon smiley guling-guling.
I am happy for you.
And I know that you are more than happy. 

Perjalanan hidup emang unpredictable. 
Cerita bisa berbelok bahkan sampai 180 derajat. 
Intuisi cuman intuisi.
Skenario tercanggih tetap bikinan Yang Maha Tahu
Sutradara terhebat hanya Yang Maha Kuasa.

Jadi mikir, dengan perasaan positif. 
Skenario hidup gue tuh gimana ya? 

Monday, September 08, 2014

Pemilik Gadget yang Terdampar Tanpa Bisa Hubungi Siapa-siapa.

Hari ini gue janjian sama seorang temen di sebuah cafe. Sebut saja nama temen gue tuh Ade. 

Tapi sebelumnya gue ada meeting sama orang lain. Tadinya rencana meeting di lokasi yang udah gue janjian sama Ade itu. Tapi lalu dia minta pindah. Oke, gue whatsapp lah si Ade untuk ngabarin pintong alias pindah tongkrongan. Dan Ade udah reply juga di WA. Trus dia nunggu reply gue. 

Ternyata... sebelum gue bales lagi pesan Ade, HP gue mati. Pas banget pas ada orang production house (PH) nelpon gue . Gawat. Gue nggak cuman butuh ngabarin Ade, tapi gue juga butuh terima kabar dari PH. Maklum bo, kerjaan. 

HP gue mati, ilang deh komunikasi gue dengan dunia luar sana. Mana orang yang meeting ama gue tadi udah pergi. Jadilah gue sendirian di cafe. Hmmm... nggak sendirian juga sih. Ada beberapa pengunjung lain, di meja masing-masing.  

Untuk ngisi batre, gue langsung mikir pakai aja Bank Kekuatan alias Powerbank. Kebetulan pas bawa yang 10ribu mAh. Mantaaaaapp. Ngecas deh. Semenit, lima menit, sepuluh menit... hmmm... kok nggak ada tanda-tanda HP gue hidup lagi? Kayaknya nggak mungkin di powerbank nggak ada daya. Kan udah gue cas semalaman. 

Daripada nunggu si powerbank nggak jelas, akhirnya gue cas HP pakai laptop deh. Trus? Nyala? Tidak juga. Hwaaaaaaaaaaaaaa. 

Teteeuup gue butuh stopkontak buat ngecas HP langsung ke listrik! Jadi gue jelalatan nyari port stop kontak di cafe ini. Wuidiii, nggak ada yang nganggur. Sama yang make nggak boleh dicopot. Yah, dimaklumin aja. Gue juga kalo lagi pakai laptop dan batrenya belom maksimal nggak akan mau copot charger. Nah, kalo cas di kasir? Nggak boleh. Stop kontaknya dipake buat mesin jus. 

Akhirnya gue bertahan ngecas HP di laptop. Nasib... HP masih nggak bisa nyala, gue masih nggak bisa ngecas, masih nggak bisa menghubungi orang di luar sana. 

Oh! Ada ide!! Mention Ade aja di twitter! Mumpung laptop gue lagi nyala juga. Mumpung cafe ini free wifi. Tanya passwordnya ke mbak kasir. Ketik paswordnya... dan terhubung! Horeeeeeeeee!! Buka www.twitter.com... semenit, dua menit, lima menit, eh eh... kok nggak muncul-muncul ya halaman depan websitenya. Koneksinya lelet bingiiits! Gue di-PHP-in sama free wifi!

Jadi mata gue jelalatan lagi cari bantuan. Plus, gue mulai ngelongok meja tetangga. Ternyata tetangga yang ngelaptop pakai modem sendiri. Okelah kalo begitu. Gue juga punya modem. Tadi berusaha nge-wifi kan biar irit pulsa modem :). So, gue keluarin deh modem gue. Colok. Konek. Aha!! Internetnya lumayan kenceng! Selamat! Gue bisa nge-twit ke Ade! 

"HP gue mati. Gue di DD dpn TT ya :)". 

Klik send. Nah, semoga Ade baca mensyen gue di twitter. Jadi dia nggak perlu galau karena gue nggak ada di cafe tempat pertama kita janjian.  

Tapi terus terang gue kuatir Ade nggak baca mensyen twitter. Emangnya gue, yang begitu di-mention langsung dibaca?? Meski Ade pake smartphone, tapi bisa aja toh nggak baca? Atau... jangan-jangan twitter gue nggak kekirim... dan nggak masuk ke tab mensyen-nya?? Aaaaaaaaaaaaaakk!!! 

Buat ngetes apakah twitter gue kekirim, gue mensyenlah temen-temen di Akber Bekasi. Serombongan. Kebetulan sebelumnya gue meng-email mereka. Jadi bisa sekalian konfirmasi email masuk atau nggak. Sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui. Ihiiiiiy. Lalu reply mereka satu per satu masuk. Okesip. Berarti gue twitter gue terkirim, dan bisa nerima mensyenan juga. Kalo reply Ade nggak muncul, mungkin emang dia lagi nggak ngurusin twitternya. #inipersoalan. 

O iya. Kenapa gue nggak cabut aja dari cafe? Ya syulit juga ya. Ade kan udah gue kabarin untuk ketemuan di HP ini. Ntar dia ke sini gue nggak ada, kacau lagi dah. Jarang-jarang ke daerah sini. Dan sudah bertekad untuk ketemu dia hari ini untuk ngomongin banyak hal termasuk untuk komunitas.

Trus gimana gue bisa terima telpon dari orang PH??? Mikir. Akhirnya gue cabut SIM card HP gue, gue masukin ke modem. Kebetulan modem gue bisa nampilin SMS, dan bisa terima telpon. Jadi gue bisa perlakukan modem dan laptop sebagai HP :)))))

Bener juga. Begitu SIM card HP masuk ke modem lalu konek, nggak lama kemudian ada telpon dari PH. Berhubung di cafe, brisik, banyak noise, jadi gue buru-buru pasang earphone. Suara mbak-mbak dari ujung sana kedengeran. "Halo2" dua belas kali, kira-kira. Sementara gue sibuk nyariin lubang mic-nya laptop gue. Alhasil, sembari "Halo2" juga, gue ngomong di depan setiap inci permukaan laptop. Berasa orang gila.

Parahnya, mbak-mbak PH bilang "Mbak Dita... suaranya kok jauh sekaliiiii". Lalu gue makin deketin deh mulut gue ke permukaan laptop. Satu sentimeter lagi gue dan laptop bisa ciuman.

Sayangnya, mbak-mbak PH tetep bilang kalo suara gue terdengar terlalu jauh. Jadi sambungan terputus. Ya Allah, semoga besok masih bisa aku telpon ya... Ini udah jam 5 kurang. Udah sore banget mepet jam pulang kantor.

Kemudian ada suara menyenangkan. Nada khas HP kalau baru ON. Rupanya setelah dicas sekitar setengah jam... ((( setengah jam ))) Hp gue idup lagi. Nggak papa. Tetep bersyukur!!! Buru-buru deh gue pencet nomer telpon PH tadi. Kali ini dari henpon beneran, bukan dari modem+laptop yang bikin gue nyaris ciuman (sama laptop).

Ternyata cobaan belum berakhir. "Pulsa Anda tidak cukup". Haaiyaaaah. Rupanya pas SIM card HP gue masuk ke modem, dan konek, banyak laman website yang masih kebuka... dan menyedot banyak pulsa. Twitter yang updating terus misalnya. Trus gmail. Trus gambar-gambar gif. Wuiiiih... bukan paket data lho yang berkurang... tapi pulsa!! Nggak ngerti juga gimana nih itungannya operator.

Jadi sisa pulsa gue di HP sekarang antara 900 perak sampai 1000 perak. Nggak cukup buat layanan beli pulsa via mbca. Jadi gue pakai lah sisa pulsa itu untuk SMS Ade dan mbak PH. Ngasih tau kalo hengpong ngadat.

Karena hanya cukup untuk 3 SMS, jadi pesan harus sepadat mungkin. Untung Mbak PH maklum. Sementara Ade reply SMS sambil gubrak. Nah, setelah kirim dua SMS, gue mau pake SMS ketiga alias terakhir untuk reply Ade. Eeeeeeeeeeeeeeeeeeh.... ternyata sodara-sodara... SMS ketiga nggak bisa terkirim! Padahal pulsa masih 400an.

Emang berapa sih tarif SMS sekarang????

Akhirnya, dengan 90 persen yakin Ade akan ke cafe ini... gue lumayan tenang. Nggak jelalatan lagi cari-cari cara lagi. HP gue taroh aja di samping laptop, nggak dioprek kayak sebelumnya. Untunglah nggak lama setelah itu Ade nelpon gue, mastiin gue di dalam cafe. Ketemuan deh!!

Dan niatan gue untuk ngelempar HP saking keselnya tadi akhirnya batal. Alhamdulillaah...


Thursday, September 04, 2014

Iklasin Aja

Karena manusia merencanakan, Allah menentukan.
Selama orang tua masih hidup, mereka adalah ladang amal bagi anaknya.

Tuesday, September 02, 2014

Salah Satu Tulisan Gue Jaman Dulu

Pernah nggak baca tulisan lo masa jadul terus mikir, "Astagah! Dulu gue nulis begini!"? Terus reaksinya bisa malu atau tercengang.

Nah, ini nih... gue baru nemu print out artikel gue tahun 2001. Hihihiii, jadul beud yak. Nemunya kebetulan, pas bongkar-bongkar kamar karena mau pindahan. Artikel gue yang lain udah pada lenyap, baik karena kena banjir, hard disk komputer kebakar, sampai terkunci di email lama yang entah kenapa password-nya gak bisa dipake maupun di-recover :((. 

Balik lagi ke artikel jadul yang baru gue temuin ini.... Artikel ini tentang konser duo gitaris klasik asal Polandia. Konsernya di Erasmus Huis, Jakarta. Gue datang ke sana sebagai penulis untuk sebuah situs web yang sekarang sudah mati (ihiks). Modal pengetahuan musik klasik ala kadarnya, karena pernah sebentar les piano klasik dan abang gue les gitar klasik, sedikit banyak jadi bekal buat nikmatin, wawancara dan nulis. 

O iya. Pas wawancara si gitaris, atase seni budaya dari kedubes Polandia kan mendampingi gue dan 1 wartawan lain tuh. Eh, beberapa hari kemudian, setelah dia baca artikel gue yang bahasa Indonesia, dia nelpon, katanya suka sama artikel gue, dan minta gue terjemahin ke Bahasa Inggris. Asiik. 

Jadi... beginilah tulisan versi Inggrisnya (versi Inggris GUE tepatnya). *malu* *dan tercengang* *yang penting didokumentasi di web*. 



CLASSIC MET PINK PANTHER IN POLAND GUITARISTS' CONCERT 

What happened if some classical repertoires met Latin compositions and a cartoon movie theme in the same performance? 

The answer was: three different atmospheres inside the concert hall. One, a sentimental emotion when it came to the classical parts. Two, an enthusiast feeling when it came to the Latin session. And three, a humorous feeling when the piece of a cartoon movie was played. 

Poland's duo classical guitarists Kryzstof Pelech (31) and Jarema Klich (33) presented them in their recital at the Erasmus Huis, Jakarta. The two musicians are the country's top guitarists. They are members of European philharmonic orchestras. And for years, both has been acknowledged as the bests by Polish famous music magazine "Gitara I Bas". 

Pelech and Klich, who came to Jakarta as performers of JakArt@2001, explored their classical guitars not only with conservative method, like picking the cord or shake all the strings. They also showed the audience other ways of how to explore the instruments like knocking the wooden body, scratching the cords and playing it with their palms, producing sounds like humming. 

With those techniques, the two brilliant musicians made a classical guitar concert became not to serious and formal one. The audience crowded the hall mused themselves at one time, and smiled widely or even laughed at another time. 

Pelech and Klich initiated the concert with two Sonatas by Bernardo Pasquini and Domenica Scarlatti. Each sonata consists of 3 parts. These repertoires were composed in 1700's and become two of the finest classical pieces with baroque tones for guitars. 

After that, both guitarists raised the temperature of the concert hall with more enthusiast selections. Argentinean musician Astor Piazzola's composition took turn. Then three pieces from musician Jorge Morel, 'Melancolio Buenos Aires', 'Contratiempo' and Triunfal' were played with full of staccato, created a passionate Latino atmosphere. 

The Polish guitarists also performed other classical Latin compositions and arrangements by Jorge Morel, like 'Allegretto for Two', 'Morena' (Julian Plaza) and 'Corralera' (Anselmo Aieta). But a different nuance emerged in Morel's 'A Rhapsody for Two Brothers'. In this piece of work, sound of jazz were heard almost clearly. And when the duo played 'Danza Brasilera' from the same composer, the audience could enjoy easy listening jazzy-latin tones a la bossanova. 

Other compositions sith Latin touch were performed in two repertoires, 'Regresso' by Jaime Zenamon and 'Aqua e Vino' by Egberto Gismonti. Both were full of tremolos, but had different song character. The first one was filled with thumps on the body of wooden guitar, sounded lively and passionately. The second one was played very smoothly and gently, made a serene situation inside the concert hall. 

However, the audience seemed to have the same opinion, that the nicest composition played by the duo was Stanley Myrer's 'Cavatina' from 1978 Hollywood movie "The Deer Hunter". The tones from the John Williams' work was very soothing. The atmosphere became tender and peaceful, calmed down the crowd who has just warmed by 'Allegretto for Two'. 

But Pelech and Klich didn't want the melancholy situation dominate their concert. Pelech triggered the audience's laugh when he introduced the next composition with a simple description, "A very famous song in Poland.... and in the world". And when the duo played the composition, the song heard was the cartoon movie "Pink Panther" theme song by Henry Mancini, completed with the funny hurling sound. In Indonesia, the song was used often in slapstick movies starred by comedian trio Dono-Kasino-Indro

At the last segment of their recital, they performed five parts of Carlo Domeniconi's 'Circus Music'. And just like its name, Circus, many unpredictable techniques and tricks of exploring classical guitar were showed off. For instance, in 'The Firebrigade on the Ice', audience could imagine some firebrigades or something running and chasing each other. In the middle of the song, Pelech showed his tone-accuracy while playing the guitar, when he make a fast decreasing tone form a very high to very low one. After that, quickly he made the tone normal again. 

Other technique of exploring classical guitar appeard in 'Yogi Bear Trying to Get Through The Keyhole'. When playing that, Klich intentionally scratched the cords, make a sound like crackle of fire. The sound stopped at once with a shake of the six cords of Pelech's guitar, means that the Yogi Bear has successfully get through the keyhole. 

Standing salute given by the audience when they left the stage. The crowd kept standing up giving them big applause, not for ending the concert but to call up the Warsawa guys to return to the stage. And when both guitarists appeared again grinning, the audience expressed their content and back to their seats. 

'The Orchestra Says Goodbye' was played as their last song. After the anchor, the audience had to allow them ending the concert. Big applause and grin were given to the duo, because the conclusion of the serious melodious classical repertoire, a part of Ludwig van Beethoven's 'Symphony No.9' or 'Ode to Joy' is played shortly and very fast. That was how the concert were concluded. 

****

catt: ketidaksempurnaan itu milik mahlukNya, termasuk gue. :)))))

Wednesday, January 29, 2014

Cendekia Nasionalis

http://m.kaskus.co.id/thread/511a20e0601243d127000008

Baru menemukan link di atas. Tentang orang genius yang ingin menyejahterakan negerinya: Indonesia.

Inspiratif. Worth to share.

Tuesday, January 07, 2014

Castaway on the Moon : Muaranya adalah Harapan (Awas Spoiler!)

Jangan tertipu sama posternya yang terkesan mirip poster film Dono-Kasino-Indro. Ini salah satu film terbaik yang pernah gue tonton!

Pesan di film Castaway on the Moon begitu verbal. Kata "harapan" atau "hope" atau apalah dalam bahasa Korea-nya itu ya.... diucapkan berulang kali di film Korea Selatan yang dirilis tahun 2009 ini.

Tapi buat penggemar film dengan pesan subtil, nggak perlu kecewa. Konflik dan alur cerita film ini oke punya, jadi nggak perlu menyayangkan betapa verbalnya pesan film ini. Komedinya satir. Endingnya: open ending.

Ceritanya...

Ada seorang cowok yang mau bunuh diri, udah nyoba berkali-kali tapi gagal terus. Akhirnya dia terdampar di sebuah pulau kecil di Sungai Han. Capek bunuh diri tapi nggak mati-mati, akhirnya dia berhenti mencoba bunuh diri, lalu bertekad melanjutkan hidup di tempat terasing itu, meski hidup ala manusia purba.

Kebalikan dari cowok yang semangat hidupnya tinggi itu, ada cewek yang justru hidup seperti asal hidup. Karena alasan tertentu, cewek ini mengurung diri di kamar 24 jam sehari, sepanjang tahun. Cewek ini baru 'hidup' kalau sudah masuk ke dunia cyber, dan doi kecanduan game online. Satu-satunya interaksi sama dunia di luar apartemennya adalah dengan meneropong.

Suatu hari, cewek ini melihat si cowok purba lewat teropongnya. Dia sempat mengira kalau dia meneropong bulan, dan cowok itu adalah alien. Lalu terjadilah kisah cinta yang unik antara mereka berdua. Mulai dari cara berkomunikasinya, sampai cara nunjukin gimana agungnya hidup dengan punya harapan, dan ngehe-nya hidup tanpa harapan.


Pengetahuan baru yang gue dapat.... 

Di film ini ada adegan kegiatan kota Seoul freezing selama beberapa menit saat dibunyikannya sirene kota. Ternyata, di Korea Selatan memang dua kali dalam setahun dibunyikan sirene super kencang begini. Gunanya untuk tanda latihan evakuasi penduduk, sebagai persiapan serangan Korea Utara. (sumber: imdb)

Emang nilai tambah tuh, kalau suatu cerita bisa memasukkan sesuatu yang khas daerah itu, terutama kalau sesuatu itu punya peran penting untuk alur dan kelokan (twist) cerita. Yah kayak manfaatin sirene itu.


Tentang keberhasilan film ini.... 

Film ini minim sekali dialog. Tapi dalam sedikit kata justru lebih banyak yang disampaikan. Mulai dari hubungan dengan keluarga, konsep diri, dan tentunya harapan itu tadi. Akting Jung Ryeo Won si pemeran cewek nggak pernah mengecewakan. Dan pemeran cowok itu, Jung Jae Young, bahkan lebih mengesankan lagi sebagai orang purba di pulau terabaikan, di masa modern.

Info tentang sutradara yang merangkap penulisnya, Hey Jun Lee, cuma seuprit. Tapi kalau baca dari situs IMDB, gue tertarik nyari film yang doi tulis: Au Revoir, UFO alias Annyeong UFO.

Sebagai bukti kalau Castaway on the Moon ini salah satu film terbaik yang pernah ada, ini list penghargaannya:
  • NETPAC Award - 2009 (29th) Hawaii International Film Festival - October 15–25, 2010
  • Best Actor (Jung Jae-Young) - 2009 (32nd) Golden Cinematography Awards - December, 2009
  • Audience Award - 2010 (12th) Udine Far East Film - April 23-May 1, 2010
  • Black Dragon Audience Award - 2010 (12th) Udine Far East Film - April 23-May 1, 2010
  • NYAFF 2010 Audience Award - 2010 (9th) New York Asian Film Festival - June 25 - July 8, 2010
  • Special Jury Prize: - 2010 (14th) Fantasia Film Festival - July 8–28, 2010
  • Audience Awards - Best Asian Film (Bronze) - 2010 (14th) Fantasia Film Festival - July 8–28, 2010

Jadi emang berkah nih film tentang Harapan ini. Baguslah. Ngingetin banyak orang, kalau sesusah apa pun hidupmu, kalau kamu punya harapan, kamu akan mengatasi semua halangan. Yesssss!!!