Wednesday, September 06, 2017

Current Watching

"Film-film lo kan film-film jadul." someone said. Iya juga sih. Film jadul, terutama series jadul yang gue tonton tu di mata gue masih bagus2 aja, yang sitkom juga masih lucu meski cara ngebangun kelucuan dan naroh punch-nya beda dengan cara ngelucu kekinian yang menurut gue lebih ke skecth (bahkan lebih pendek lagi). Tapi yang lebih penting dari semua itu, nonton series jadul bikin gue nostalgia masa kecil dengan segala kebahagiaan di tengah kekurangannya.

Berkat internet, gue bisa nonton lagi series jadul ini:


Sumber dari sini 

Gue masih nyari Seeing Things, serial komedi detektif Kanada yang tahunnya lebih jadul lagi. Mungkin taun 80an. Itu kesukaan emak gue, dan gue nonton itu waktu masih kecil - jadi gue lupa apa yang gue tonton. Gue pengen nonton karena pengen tau kenapa dulu emak gue suka banget sama series itu. Plus kalo cerita detektif ya biasanya sih gue seneng-seneng aja ngikutin.

Dan gue lagi tunggu kesempatan buat nonton lagi:
Hart to Hart  (serial detektif kesukaan bokap nyokap)
Just Shoot Me (bukan cerita detektif tapi cerita tentang orang2 di sebuah kantor majalah).
Love Boat (sitkom siang di RCTI yg di tahun 90an aja udah terlihat kejadulannya).

Kalo serial baru? Ng.... gue bukan penunggu serial (Hollywood) baru. gue nunggu dikasih tau temen2 aja deh bagusnya suruh nonton apaan. :))

Please please please.... kalo film baru film Indonesia nonton di bioskop aja yah. Capek tau bikin film tuh. Kalo langsung ditungguin di internet rasanya gimanaaaa gitu. (#cedih).



Friday, June 30, 2017

Jumpalitan Bareng ANGRY BOSS

Berkat "teror" :) teman baik mantan produser Pondok Pak Cus, akhirnya gue mencemplungkan diri di project sitkom ini. Jadilah gue jumpalitan antara The East dan Angry Boss. Dua-duanya jadi headwriter. Mejret, pusing, makin kurang tidur, tapi dinikmati aja. Alhamdulillah.

Sayang, Angry Boss yang diproduksi MD Entertainment dan tayang di Trans TV ini cuman 16 episode. Bungkus sebelum lebaran 2017.

Padahal menurut gw dan tim, serial ini lucu banget. Tim penulis makin terbentuk tulisan komedinya. Kerjasama dengan tim produksi juga manis dan seru. Pemainnya asik dan gila-gila, sampe susah nentuin pemain favorit, dari si Boss, Incess, Ella, Khey, dst bahkan sampai supirnya. Mana semakin lama semakin gesrek pula mereka.

Nasib... belum rejeki jadi serial panjang ya.

Trailer:

Tetep bersyukur ada sitkom ini. Gak cuman untuk penyegaran otak dari kepusingan jadi penulis The East, tapi juga senaaaaang karena reuni tim Pondok Pak Cus extended version, dan tentu saja nambah rejeki.

Ini episode 1 Angry Boss yang naskahnya sampe draft 5, dan retake 2x, preview 3x sampe eneg. Wkwkwkkwww. Kalau mau nonton episode-episode selanjutnya tinggal ditelusuri di youtube. Enjoy!

Sunday, March 19, 2017

Jadi Orang Positif Sajalah


Postive people attracts positive people.

Negative people attracts negative people.

Saya percaya kalau energi positif akan berpengaruh positif. Misal, kalau kamu ramah maka orang akan ramah ke kamu, kalau kamu baik maka kamu terlibat dengan orang-orang baik juga. Sebaliknya, orang-orang yang energinya negatif akan berefek negatif. Contoh, kalau kamu culas, jahat, iri, atau apalah kelakuan dan pikiran yang jelek-jelek, maka kamu akan terbelit sama orang-orang yang begitu juga.

Paling tidak, kamu akan berpikir bahwa di duniamu, orang-orangnya ya kayak kamu.

Menjadi positif itu nggak susah, juga nggak gampang. Tergantung niat. Menurut penilaian pribadi, saya adalah orang baik, berpikir positif dan sabar. Namun akhir-akhir saya ini sinis ke beberapa orang. Ada alasan yang membenarkan kenapa jadi sinis sama mereka. Tapi itu alasan saya pribadi. Meski saya meyakinkan diri dan orang lain kalau alasan itu sah, tetap saja itu dari kacamata saya.

Saya gusar waktu ibu saya memperingatkan agar saya jangan negatif begitu. Nasehat ibu saya, tetaplah positif. Berpikirlah kalau orang itu punya masalah pribadi sehingga salah satu efeknya jadi jelek gitu ke saya. Doakanlah orang-orang itu. "Itu bikin kamu lebih baik, ya perasaan, atau apa pun yang akan datang ke kamu," kata ibu.

Sebel dengar nasehat itu. Kenapa ibu saya nasehatin untuk bersikap baik, sementara saya merasa diperlakukan nggak baik? Rasanya nggak adil.

Tapi saya adalah orang yang percaya kalau omongan seorang ibu itu sakti. Jadi meski dongkol, saya turuti kata-kata ibu. Meski nggak rela, saya tetap mensugesti diri untuk bersikap baik. Nggak mulus memang. Kadang kepleset juga buat berpikir atau bicara negatif.

Sampai akhirnya, sore tadi saya mendapat telpon dari salah satu orang yang selama ini saya pikir sudah bikin saya gregetan (dalam arti negatif). Pembicaraan telpon tidak lama. Tapi dari pembicaraan itu saya menyimpulkan, ternyata dia tidak seperti tuduhan saya di masa negatif kemarin-kemarin. Memang tidak 100 persen tuduhan saya keliru -- menurut saya--- tapi juga tidak 100 persen sangkaan saya benar. Yang jelas, saya dan dia sama-sama punya niat baik, tapi komunikasinya saja yang kacau.

Ajaib! Dengan benar-benar yakin kalau dia punya niat baik, perasaan negatif saya berkurang drastis. Ini terjadi waktu saya yakin dengan tulus, tanpa embel-embel "tapi kan....".  Ajaib lagi, dengan berkurangnya perasaan negatif saya, dan otomatis berganti jadi perasaan positif, saya jadi lebih enteng menghadapi masalah lain. Ini menyenangkan.

Seperti yang saya tulis di atas: kamu akan berpikir bahwa di duniamu, orang-orangnya ya kayak kamu. Saya ingin orang-orang baik ada di sekeliling saya. Orang-orang yang ramah, peduli, saling mendoakan, menyemangati dan bikin bahagia. Karena itu saya akan mulai lagi untuk jadi orang begitu juga - yang ramah, peduli, mendoakan, menyemangati dan bikin bahagia orang lain.

Nggak usah kebanyakan mikir yang drama-drama. Jadi orang positif sajalah.