Sunday, December 25, 2022

Frozen Shoulder itu Pedih. Aku Harus Bagaimana?

Jangan coba-coba olahraga berat tanpa pemanasan cukup. Terutama untuk yang berusia di atas 30 tahun. 

Well, usia gue emang nggak 30an. Tapi 40an, hehe. Lebih riskan untuk cidera. Apalagi jarang olahraga. Nah, Oktober kemaren gue belagu mau pull-up. Salahnya, tanpa pemanasan sama sekali. Nggak sadar akibatnya apa. Pas tangan terangkat ke atas masih asik-asik aja. Pas kelar pull up kok lengan kanan bagian bawah terasa nyeri?

Ada yang meradang 

Saat itu nggak ada pikiran kalau ini frozen shoulder. Gue kira nyeri biasa, semacam pegel kecapekan, gitu. Jadi gue diemin aja. Berapa jam kemudian nyerinya makin hebat. Akhirnya gue oles counterpain. Tapi berapa jam kemudian lagi nyerinya makin hebat. Lengan kanan dari bahu sampai jari kayak ada sensasi terbakar. Panas!

Emang dasar gue males ke dokter. Bukannya ke dokter, malah curhat ke grup WA. Dari temen-temen di grup WA-lah gue ngeh ini kemungkinan FROZEN SHOULDER. Yaitu kondisi di mana otot bahu menegang dan menebal. Akibatnya lengan jadi susah digerakkan. Sepertinya pemicu ketegangan otot ini karena otot "kaget", lantaran belum diangetin dan dilemesin pakai pemanasan, jadi nggak siap tugas berat saat gue pull up. 

Sensasi terbakar di bahu sampai jari itu karena otot-otot di sana meradang. Kalau lihat foto-fotonya, waaah, udah kayak bara api dikipasin. Pantes panas asli, kayak dikasih koyo cabe tapi yang jauh lebih cabe dibanding koyo cabe. 

Pas lagi radang-radangnya, beeuuuhhh, sengsara. Tadi kan gue nulis sakit dari bahu ke jari tangan. Nah, itu kalau kita diam saja. Tapi kalau bergerak, misalnya dari berdiri ke duduk, dari duduk ke rebahan, dari rebahan mau bangkit, itu pedih seluruh badan. Pedih luar biasa! Kayak tegangnya otot lengan itu merembet ke otot-otot lainnya. Mending nggak bergerak deh, beneran. Kadang gue sampe mengerang saking pedihnya. Terus untuk menghibur diri, maka gue mengerang lanjut nyanyi - meski fals dan sambil meringis mau nangis. 

Upaya penyembuhan lebih serius

Berapa hari sengsara, akhirnya gue konsul ke dokter. Yes, ada obatnya. Ada terapinya. Inti gerakan terapinya adalah: gerakkan otot yang kaku karena frozen. (Setelah gue cek youtube, ternyata banyak fisioterapis yang bikin video terapi frozen shoulder - yah gerakannya mirip2 lah). 

O iya, buat yang lagi frozen shoulder, terapinya itu sakiiiiit banget. Bayangin aja, otot lagi kaku, nggak bisa gerak, malah diajak bergerak, kalau perlu ditarik (dengan kekuatan terukur ya). Secara gue cemen, di latihan berikutnya gue melakukan yang paling nggak sakit, jadi gerakannya nggak terlalu dipaksa. Padahal, kalau mau tega ke diri sendiri, agak dipaksa aja bisa lebih cepat sembuh. 

Tapi ini adalah pilihan gue sendiri. Gue milih lama sembuh, dibanding melalui proses tarik-tarik otot yang bikin gue teriak-teriak. Sempat dikerokin juga sama sahabat tercinta yaitu si Monik. Hasilnya merah ranum! Katanya itu karena darah di daerah lengan nggak lancar. Minggu depannya dikerokin lagi, kali ini sama Kang Urut (ibu-ibu). Masih merah ranum! 

Karena itu minggu depannya lagi gue kerokan lagi. Seminggu sekali, sampai merahnya berubah jadi pink, dan akhirnya pink pun tidak. Masih terapi juga, tapi progress-nya sedikit karena gue nggak mau ditarik-tarik. Sakit banget, gila. Nggak papa lah progressnya sedikit, lama-lama juga sembuh, meski itu bisa makan waktu 1 - 3 tahun. 

Hah?? Sembuhnya 1-3 tahun?? Lama amat??

Jadi kata dokter, frozen shoulder itu sembuhnya bisa 3 bulan sampai 3 tahun. Makin cepat ditangani, makin cepat sembuh (kalo gue kan nggak langsung ke dokter tuh). Makin sakit proses terapinya (karena menggerakkan otot yang kaku), makin cepat sembuh (sementara gue malah nggak mau terapi yang sakit). Malah untuk gue mestinya ada relokasi, alias membetulkan kembali letak engsel bahu yang bergeser karena otot menebal saat frozen shoulder ini. Tapi relokasi ini ibarat sendi di-"krek" gitu. Nggak berani ah. 

Sensasi terbakar frozen shoulder, di gue kemaren sekitar 1 bulan. Tangan kiri (yang frozen) udah bisa gerak dikit, meski palingan pergerakan hanya 5 derajat aja. Dengan kondisi begini, gue tetap harus dibantu nyokap untuk ganti baju. Makanya gue lebih suka terapi sendiri di rumah - dan karena itu milih yang santuy meski efek normalnya lama. 

Eh di satu bulan itu gue ada undangan meeting script. Gue nggak harus dateng, tapi gue ngotot dateng sebagai bentuk tanggung jawab kerjaan. Soalnya meeting sebelumnya gue ijin nggak ikut karena pas lagi radang-radangnya. Nah yang meeting gue dateng itu maksudnya biar orang liat sendiri kek apa kondisi gue. Ngetik pakai satu tangan dong. Yah, pada kasihan sih. Gue disuruh pulang duluan. 

OOT dikit. Efek lihat gue sakit itu, produsernya malah cerita tentang penyakit dia. Kanker. Lah, sama kayak mamaku. Akhirnya malah sharing cerita tentang penyakit, obatnya, biayanya, terapinya. Sungguh pembicaraan yang nggak pernah gue bayangin sebelumnya - apalagi saat gue muda (ciyeeee muda). 

Perkembangan terkini 

Kembali ke frozen shoulder. Sampai Desember ini, tangan kiri gue masih nyeri. Pergerakan masih 5 derajat, paling jauh 10 derajat. Sensasi terbakar udah hilang. Tapi untuk pasang kait bra masih dibantu nyokap karena tangan kiri nggak bisa ke belakang (punggung). Pakai baju juga masih dibantu nyokap untuk merapikan jatuhnya baju di badan. Ngetik sudah mulai bisa pakai dua tangan, meski tangan kiri cepat sekali minta istirahat. Terapi jalan terus.  

Capek? Nggak. Sedih? Nggak. Takut? Nggak. Yakin kok ini bisa sembuh. Kan usaha terus. Makasih ke para bestie yang udah kasih tips dan semangat, bahkan juga ada yang berbagi pengalaman (sebagai senior di bidang kena frozen shoulder). Love love.