Monday, April 24, 2006

Harus Ada di Film India

Elemen art apa yang selalu ada di film mainstream India? Pilar? Noooo. Nggak semua film India perlu pilar. Soalnya untuk nyanyi, muter-muter dan nangis-nangis mereka udah bisa di mana aja. Bisa di loko kereta, lorong gedung, lereng gunung, atau tepi danau. Pokoknya asal settingnya megah, okelah.

Jadi jawaban yang tepat untuk pertanyaan di atas apa dong? Gampang! Selendang! Perhatiin deh. Selalu ada scene kehadiran seseorang di mana ada selendang melambai-lambai di tiup angin. Kayaknya orang-orang film mereka percaya kalo selendang yang meliuk-liuk itu adegan murah tapi indah. Jadi hukumnya wajib, dan dimasukin di adegan-adegan antara lain:

- Seorang cewek berdiri berhadapan sama cowoknya. Di leher si cewek ada selendang yang melambai-lambai ditiup angin.

- Seorang cewek sendirian, lagi sedih (alasannya bisa macem-macem). Di leher si cewek ada selendang yang melambai-lambai ditiup angin.

- Seorang cewek berlari menyambut cowoknya. Di leher si cewek ada selendang yang melambai-lambai dititup angin.

- Seorang cewek berselendang lewat. Seorang cowok memperhatikannya tanpa berani mendekati. Tiba-tiba selendang si cewek terbang ketiup angin. Melayang-layang... (selanjutnya terusin sendiri).

Kalo liuk-liuk selendang dirasa kurang nendang, film maker-nya akan nambahin dengan lambaian lainnya. Yaitu rambut si pemain (biasanya panjang), dan deretan baliho (kain-kain lemas di baliho akan berkibar-kibar ditiup angin). Kadang kehadiran kibar-kibar itu nggak masuk akal. Masak di dalam kelas tau2 ada angin ribut pas seorang murid cantik masuk? Atau masak di lereng gunung yang sepi ada baliho-baliho (yah, yg ini agak masuk akal sih, meski terkesan maksa juga :) )

Semangat kibaran selendang ala India ini masuk juga ke sinetron Indonesia. Berkali-kali gue tersenyum maklum, ketika ada pesan sponsor ‘pake selendang’ dari produser. Terakhir, gw dapet imbauan untuk nulis adegan di perpus yang menggambarkan selendang seorang cewek jatuh. Refleks gue nanya ‘apa nggak sebaiknya buku atau tas?’ karena gue pikir, lebih masuk akal gitu. Tapi bos gue cuman tersenyum. Pahamlah gue, mereka sebenernya pengen ada scene selendang melambai.

Ya sutra, nggak papa, toh unsur kecil yang nggak pengaruh banyak ke cerita. Cuman yang kelintas di kepala gue, selendang kan jatuh di perpus yang relatif nggak ada angin. Berarti bisa jatuhnya karena apa? Ketarik seseorang? Kalo selendang ketarik, berarti cewek yang pake selendang itu kecekek dong? Hihihi, komikal sekali. Tentunya, bukan itu yang diminta! Apa mesti menghadirkan angin kencang di perpus? Gue kekeuh nggak. Mudah-mudahan, tanpa angin dadakan, scene itu masih diterima. Semoga…. Semoga aja diterima. Hehehe.

Tapi seperti juga orang-orang belajar, ambil bagusnya buang jeleknya. Begitu juga kalo belajar dari film-film India. Banyak lho yang bisa diambil dari sana.

Selalu dalam film India, ada unsur sedih-sedihnya atau haru-harunya. Nah, umumnya scene haru itu emang menyentuh banget. Menurut istilah seorang produser, diperes! Emosi penonton harus diperes sampai habis, seperti kain pel diperes sampai nggak meneteskan air lagi! Singkatnya : mesti maksimal.

Meski bukan penggemar film India, tapi gue nonton Kuch Kuch Hota Hae dan Kabhi Kushi Kabhi Gan masing-masing 2 kali. Sumprit setiap kali nonton adegan haru-harunya itu, gue ampe nangis. Minimal mata berkaca-kaca deh. Begitu juga waktu nonton Black, dan beberapa film India lainnya (judulnya gak inget). Angkat jempol lah.

Tapi teteeup yah, untuk urusan selendang melambai-lambai… gue speechless deh. :)