Monday, December 23, 2013

Akademi Berbagi, LLD dan Cari Dana

Akademi Berbagi mau bikin Local Leaders Day lagi. Nanti, di bulan Maret 2014. Buat para relawan Akber (kependekan dari Akademi Berbagi), program LLD ini masuk daftar wajib ikut serta.

Program LLD ini mungkin semacam workshop kepemimpinan untuk para relawan Akber. Kenapa gue pakai kata "mungkin", karena gue belum pernah ikut. Gue belum ngeh ada Akber waktu ada LLD pertama, dua tahun lalu.

Program LLD 2014 rencananya berlangsung 3 hari. Antara lain diisi dengan sharing ilmu dari orang-orang yang udah ngelotok di bidangnya, antara lain Handry Satriago (CEO GE Indonesia) yang juga guru favoritnya para relawan Akber, serta Roby Muhammad (sosiolog).

Selain guru-guru hebat, ada sejumlah alasan lain kenapa LLD masuk daftar wajib ikut serta buat para relawan Akber:
  • Ini program nasional, artinya para relawan akber seluruh Indonesia akan berkumpul. Bagus buat jaringan dan membuka wawasan.  
  • Kegiatan ini terselenggara 2 tahun sekali, yang artinya kalau nggak ikut tahun 2014, mesti nunggu 2016 biar bisa ikut lagi. Nggak sabar deh nunggunya! :) 
  • Ke dalam organisasi, ini penyegaran buat relawan. Adalah manusiawi kalau para relawan lama-lama bosen bikin kelas reguler. Di LLD ini, para relawan-lah yang dibikinin kelas. :)
  • Ke dalam organisasi juga, bisa lebih solid. Usaha untuk bisa berangkat ke LLD itu bisa jadi cerita tersendiri, apalagi kalau duit susah. Muncul kegiatan usaha, tolong menolong, saling mengingatkan dan menyemangati biar cita-cita ikut LLD kesampaian :)
Sebagai kepala sekolah Akber Bekasi, gue pengen sebanyak-banyaknya relawan aktif bisa ikut LLD 2014. Manfaatnya banyak, dan manfaat itu buat mereka juga.

Tapi LLD 2014 diadakan di Salatiga, Jawa Tengah. Untuk ke sana perlu ongkos kereta PP + bis lokal + biaya makan di perjalanan. Panitia nasional menjamin biaya transportasi untuk 1 relawan saja dari tiap kota. Kalau ada relawan lain yang mau ikut, bayar ongkos sendiri. Penginapan sih pasti ditanggung panitia pusat.

Ada 10 relawan aktif Akber Bekasi yang terdaftar ikut LLD 2014. Dari 10 orang itu, ada yang  -insyaAllah- bisa bayar tiket PP tanpa kesulitan, tapi ada juga yang kesulitan lantaran masih mahasiswa, atau masih cari kerja, atau sudah kerja tapi gaji 5 koma (tanggal 5 sudah koma). Nah, biar sama rata sama rasa, kami harus cari dana untuk tiket PP 10 orang.

Ini yang gue cinta dari Akber. Buat relawannya, Akber nggak cuman ngasih pendidikan non formal tentang:
  • Leadership (tiap relawan dapat kesempatan jadi ketua kelas, memimpin tim untuk jumpalitan merencanakan dan menyelenggarakan kelas, dari nol sampai kelas selesai). 
  • Networking (waktu cari guru, murid dan donatur ruangan... juga ketika berhubungan sama Akber Pusat dan Akber2 kota lain), 
  • Negosiasi (waktu cari lokasi kelas, serta waktu deal tanggal dan materi dengan guru), 
  • Kreativitas (terobosan biar kelas nggak bosen, kelas bermanfaat buat murid-murid, dll). 
  • Bekerja cerdas (di setiap kegiatan akber, mulai dari cari guru, murid dan donatur ruangan, lalu di"paksa" jadi MC/penulis live tweet/tuan rumah yang baik, dll. kalo nggak bekerja cerdas, bisa pusing tuh). 
Nah, ilmu leadership, networking, negosiasi, kreativitas dan bekerja cerdas itu kini dipakai dalam bentuk lain: CARI DANA! 

Gimana cara Akber Bekasi cari dana untuk ke LLD 2014? Ada sejumlah usulan dari para relawan:
  • Membuat kelas yang pakai tiket. Usul ini ditolak Mbak Ainun selaku founder Akber. Soalnya Akber itu kan semangatnya belajar gratis. Semangat berbagi. Jadi usulan kelas pakai tiket : ditolak.  
  • Kirim proposal ke perusahaan-perusahaan. Ide yang bagus, tapi tidak semua perusahaan bisa mengucurkan dana untuk kegiatan sosial bukan? 
  • Jualan : ini paling mudah dilaksanakan segera. Asalkan jelas: barangnya apa, sumber dari mana, pasarnya siapa, gimana cara menjualnya, untungnya berapa buat Akber Bekasi. 
Dari sekian usulan, yang jalan duluan adalah jualan cistik. Nggak ada kata malu untuk jualan. Apalagi demi beli tiket ke LLD 2014. Kalo baru jualan yang bisa dilakukan, ya itulah yang kita lakukan. Pokoknya "think big, start small, move fast".

Cistik yang dijual para relawan Akber adalah cistik yang biasa gue jual pas lebaran. Cistik ini bikinan tante gue. Kejunya keju edam, jadi cheesy banget. Renyah. Boleh ngutang dulu (ini penting!!). Dan para relawan memanfaatkan jaringan masing-masing dalam menjual cistik edam itu. Ada relawan yang malu karena nggak bisa jualan. Apa yang dia lakukan?? Ikut jaga stand di acara yang mejanya kita tebengin dagangan cistik :))

Semua keuntungan untuk Akber Bekasi. Alhamdulillah sejak kick off 10 Desember 2014, untung yang masuk ke kantong Akber Bekasi nembus 1juta rupiah! Semoga kebayar semua ongkos PP Bekasi - Salatiga untuk 10 relawan itu ya Allah.... AAMIIN! 


Sunday, December 22, 2013

Di 22 Desember Ini...

Hari ini, 22 Desember 2013.
Digembar-gemborkan sebagai Hari Ibu.
Di kalender gue sih cukup terlihat sebagai Hari Minggu.

Terus terang, timeline penuh tweet puja puji pada ibu mengganggu gue pagi ini. Bukan berarti gue nggak hormat sama ibu. Tapi entah kenapa, di kebanyakan tweet itu gue nggak ngerasa tersentuh. Padahal itu buat ibu kan? Nggak berasa gitu kalau itu karena sayang.

Sekali lagi, ini perasaan gue aja sebagai pembaca timeline. (dan gue ngakak pas baca tweet seseorang yang bilang alangkah baiknya kalau tweet tentang ibu ini dilakukan bukan sambil goler-goler di tempat tidur. Hihihiii... THIS is what i meant).

Nah. Topik hari ibu jadi bahan obrolan pagi gue dan nyokap kali ini. Perlu nggak sih ucapan Hari Ibu?? Nyokap menjawab dengan ketus, "NGGAK PERLU!". Tapi dia senyam senyum sambil melanjutkan... "Kalo mau dijawab serius, cepek dulu.....". Lhaaaaaaa.

Sambil becanda gue sodorin seratus ribuan yang langsung nyokap sambar. Hahahaaa. Tapi kayaknya nyokap emang pengen jawab serius. Mungkin sekalian curcol. :)

Hari Ibu, kata nyokap, nggak perlu diucapin selamat pakai kata-kata.Apalagi kalau nggak dari hati. Heart can only be touched by heart. (Naaaa, ini yang gue maksud waktu ngomongin perasaan gue tentang tweet hari ibu). Nggak ada ibu yang nggak pengen anaknya hormat, sopan dan sayang sama si ibu. Jadi kalo ada anak yang kurang ajar... beuuh... hati ibu itu jadi hati paling teriris di dunia.

Nyokap bilang, memberi apresiasi pada ibu itu penting. Soalnya ibu itu yang hamil 9 bulan lebih, terus melahirkan anak. Itu berat tauk! Tapi kan ibu nggak mikirin berat. Yang ibu pikirin itu anaknya harus sehat, cukup makanan lahir dan batin.Terus setelah lahir, emangnya bisa seorang anak tumbuh besar sendiri? Bisa sih :) Tapi ibu yang baik akan jadi guru dan teman yang baik buat anaknya, dari mulai belajar ngomong, belajar makan, belajar jalan, belajar ilmu pengetahuan, belajar gaul, dst.

Bayangkan, kalau setelah besar... anak terus kurang ajar sama ibunya. Apa nggak sedih tu hati ibu? (mmmm... gue mulai parno, pernah kurang ajar apa aja ya sama nyokap?).

Lalu nyokap nyebut-nyebut Eyang Putri. Dan mata nyokap mulai berkaca-kaca ngebayangin perasaan ibunya yang udah tua dan sakit dan sudah seperti anak kecil lagi, dan nggak bisa doi datengin sering-sering karena nyokap sendiri mesti ngurusin pengobatan dirinya sendiri plus turun tangan handle cucu. (semoga di masa senjanya nyokap nggak kesepian kayak ibunya ya *ngomong sama diri sendiri, plus kirim telepati ke kakak gue :)) *).

O ya, gue sempet BBM teman-teman gue yang sudah jadi ibu. Cuman nanya: "gimana rasanya jadi ibu di jaman sekarang?"
Ada yang jawab. "Luar biasa".
Ada yang jawab. "Biasa aja." Lho???
Ada yang jawab. "Seperti jatuh cinta setiap hari. Hehehee, lebay ya?"
Ada yang jawab. "Jadi ibu jaman sekarang harus pintar-pintar dan jangan lemah." Like this! :)

Kalau ditanya tentang peran ibu, rata-rata jawabannya kurang lebih serupa. Intinya: nyiapin anak biar bisa mandiri di masa depan. (nggak ada yang jawab nyiapin jadi anak sholeh/sholeha. hehehee. atau mungkin nggak ke-survey, begitu).

Gue lupa, mestinya nggak cuman para ibu yang gue tanya. Tapi para perempuan lain yang belum jadi ibu mestinya ditanya juga. Hari Ibu itukan peringatan pembukaan Kongres Perempuan Nasional Indonesia (1928), momen di mana para perempuan berkongress untuk membahas peran perempuan di negara ini. Emang sih kebanyakan yang kongress waktu itu ibu-ibu. Tapi kalau ngomongin Hari Ibu, jadinya kita mikir domestik seperti curcolnya nyokap gue tadi (meski itu sangat berharga juga). Sementara kalo ngomongin Hari Perempuan, gue yakin 2000 persen meski nggak punya instagram.... pasti issue-nya lebih beragam.

"Gimana rasanya jadi Perempuan di jaman sekarang?".

"Hai Perempuan, apa peranmu di masa sekarang?".

**catet untuk dibahas di lain waktu**

Monday, December 02, 2013

Belajar Bahasa Isyarat secara Instan

Oktober 2013 lalu, Akademi Berbagi Bekasi bikin kelas setengah hari dengan guru-guru para Tuli (tuna rungu) plus translatornya. Seru kelasnya. Selain kita dapat pengetahuan tentang kondisi kaum tuli di Indonesia, perbandingannya dengan kondisi di negara-negara asing, kita juga belajar Bahasa Isyarat! 

Di bawah ini film dokumenter-nya. Karya videografer cewek seksi yang otaknya agak korslet tapi integritasnya oke banget, namanya Mut-mut :)). Video-nya inspiratif. Cekidot! 


Guru-guru Tuli ini tergabung dalam The Little Hijabi. Kepseknya Mas Rully Anjar, dan kemarin ketua geng gurunya adalah Mbak Galuh Sukmara, seorang tuli bergelar Doktor dari universitas di Australia yang sudah sering jadi pembicara di forum-forum difabel Indonesia maupun Internasional, dan menguasai bahasa isyarat dari berbagai negara. Hebat yah? 

Pokoknya di kelas kemarin, terlihat betul kalau keterbatasan itu bukan halangan untuk maju, berkembang, lalu berbagi. Maluuuu kalo gue yang lengkap ini malah nggak berbuat apa-apa.