Thursday, March 01, 2012

Ketika Merasa Tidak Beruntung

Pulang tengah malam dalam keadaan galau campur sedih. Sontreknya lagu Naif berjudul Posesif. "Mengapaaaaaa, aku begini."

Lalu gue nyalain tv. Seorang gadis muda menghiasi layar. Rambutnya lebat. Kulitnya segar. Dia bicara dengan penuh semangat sambil tersenyum lebar.

Ceria sekali dia, pikir gue. Hidupnya seperti tanpa masalah.

Ups. Tanpa masalah? Apa bener???

Mendadak gue mereka-reka latar belakang si gadis TV.
Seperti apa hidupnya di belakang layar?
Dia tulang punggung keluarga.
Terlilit hutang puluhan juta.
Orang tua sakit.
Adik ngeblangsak.
Kuliah si gadis harus cuti, entah buat berapa lama.
Pacarnya pergi, membawa anak mereka.
Teman-temannya yang sejati kesibukannya tak sama.
Di dunia kerjanya ada like and dislike yang irasional, tapi dia harus bertahan di sana.
Sewaktu-waktu bisa melayang pekerjaannya.
Bahkan mungkin nggak cuman pekerjaannya.....

Mendadak, meski cuma beberapa detik, dan meski itu tadi hanya rekaan, gue merasa bersyukur. Masih ada orang yang hidupnya lebih dramatis dari gue. Masalah gue mah nggak ada apa-apanya.


Waktu gue ngetik ini, di tv sedang ada berita tengah malam. Namanya berita, bukan rekaan dong? Fakta semua. Real story.

Di Indonesia, seorang pria pekerja kasar diamputasi kedua tangannya dari bahu. Penyebabnya kecelakaan kerja. Anaknya masih kecil. Orang tuanya pun kini berhenti kerja karena mau merawat dia. Santunan kantor? Nggak jelas. (Masih bisa bilang hidupmu yang masih lengkap itu nggak nikmat?)

Berita berlanjut. Di China, seorang perempuan memeluk balitanya. Ia nongkrong di pinggir jembatan. Siap terjun bersama si anak mungil itu. Untung ada polisi menarik badan si ibu. Perempuan itu dan ananyak selamat. Ditengarai ia stress karena masalah keluarga. (Masalah keluargamu nggak sampe mendorongmu terjun dari pinggir jembatan. Masih bilang hidupmu nggak nikmat?)

Terus gue inget tayangan sidang pengadilan, di mana si cantik Angelina Sondakh hadir sebagai saksi. Angie dikonfrontasi hakim. Jawabannya nggak konsisten. Setiap jawaban Angie, ada delay beberapa detik sejak selesainya pertanyaan. Hakim pun bertanya ulang dengan nada ketus. Dengan begitu, siapa yang nggak terintimidasi? Meski Angie duduk sebagai saksi, rumor di luar sudah kencang kalau Angie juga sebagai "pemain". Entah hati kecil Angie merasa apa. Nggak tau Angie mikirin anak-anaknya gimana kalo nonton dia. (Masalahmu nggak sampe menyeretmu jadi pesakitan di pengadilan. Masih bilang hidupmu nggak nikmat?)

Nasehat buat gue sendiri, kalau lagi ngerasa nggak beruntung, lihatlah orang-orang lain yang lebih nggak beruntung. Dampaknya gue akan ngerasa beruntung. Dan kembali bersyukur. True story.