Sesekali nulis rada ngelmu ya. Lagi seneng baca soal jatuh cinta soalnya. Dan suka heran kok orang jatuh cinta bisa jadi bloon atau bodoh? Sebenarnya bukan bloon atau bodoh. Istilah yang lebih tepat adalah nggak sinkron-nya logika, perasaan, dan tindakan.
Ketika kita jatuh
cinta, perasaan euphoria muncul. Ketika jatuh cinta, tubuh kita memproduksi
dophamine alias hormon kebahagiaan. Lalu seiring berjalan waktu, ketika kita
makin dekat sama orang yang kita suka itu, kita merasakan kenyamanan. Nah
kenyamanan ini kerjaannya hormon oxitoxcin. Hormon oxitoxin muncul ketika kita
ada di hubungan yang saling sayang, entah itu keluarga, teman, atau pasangan.
Balik ke dopamine alias hormon kebahagiaan. Ada masalah dikit nih. Seperti apapun yang nggak baik kalau berlebihan, maka Dopamine yang berlebih bisa mempengaruhi otak, tepatnya di dfrontal cortex. Pengaruhnya ke mana? Ke kemampuan kognitif, alias jadi bego, yang tadi lebih tepat disebut nggak sinkron antara logika, perasaan dan tindakan.
Meningkatnya dopamine berpengaruh juga pada hormon serotonin. Serotonin adalah hormon yang bertugas untuk membawa pesan antar sel dalam otak. Hormon ini berperan penting dalam memperbaiki suasana hati menjadi lebih baik, sehingga kamu jadi merasa bahagia. Seseorang yang kekurangan hormon serotonin dapat membuat suasana hatinya menjadi buruk.Nah, hati-hati nih, kelebihan dopamine alias hormon kebahagiaan justru menyebabkan serotonin menipis. Serotonin menipis akan jadi gangguan seperti mood gak
stabil, kecemasan, eating disorder, bahkan sikap obsesif. Biasanya kalau orang sudah
obsesif akhirnya membenarkan apa yang nggak boleh. Jadilah sikap yang toxic.
Gimana kalau
putus cinta? Putus cinta kan sakit ya. Otak mengaktifkan bagian insula cortex, yaitu bagian yang menyampaikan
pesan rasa nyeri. Efeknya adalah rasa tak nyaman, kewalahan, galau, bosan, dan
sejenisnya. Supaya efek ini berkurang, kita akan mengenang hal-hal yang
mengaktifkan dopamine kita dulu. (Ingat, dopamine adalah hormon kebahagiaan). Ini
bisa kita lihat pada orang yang udah disakiti, putus, tapi tetep cari pembenaran
untuk kembali lagi ke orang yang menyakiti. Sedih yaaa.
Makanya lepas
dari hubungan yang toxic itu sangat susah. Ini tak ada hubungannya sama norma.
Nooo. Lepas dari hubungan toxic itu hubungannya sama reaksi biologi manusia. Mesti
dicarikan pengalihan. Itu juga nggak gampang, pasti ada proses, dan harus ada
dukungan dari sekitar.
Seiring
waktu, rasa sakit ini bisa surut. Cepat atau lambat, luka akan mengering dan
pulih. Mungkin meninggalkan bekas, tapi sembuh.
Jadi yang siap
jatuh cinta, siap nyaman, tapi juga siap bego, bahkan juga siap sakit, meski amit-amit
jangan sampai kejebak toxic. Bagaimana pun, yang kita cari bahagia-nya. Betul?