Saya yakin itu bukan karena ide tidak muncul. Sebenarnya itu lebih ke perasaan bahwa ide yang mampir kok rasanya tidak unik, tidak istimewa, dan tidak menarik.
Bisa jadi memang tidak menarik (lalu saya menertawakan diri sendiri, dengan sedih).
Lalu bagaimana biar ide cerita jadi menarik? Sejauh ini yang pernah saya lakukan adalah :
1. Cari karakter yang unik
a. Menabrakkan kondisi.
Misal umurnya sudah banyak tapi kelakuan masih bocah, atau orang miskin tapi gaya sosialita, atau sok berani padahal penakut, atau tampang rambo hati rinto, atau si ramah ternyata psycho, dan banyak lagi. Intinya di satu karakter itu ada satu sifat dominan dan satu sifat kebalikannya (kontrasnya).
b. Beri kebiasaan verbal/suara si karakter.
Untuk audio visual seperti serial tv, film, atau series di medsos,
Misal, dulu ada tokoh drama radio suka teriak "Alamakjaaan" (jebakan umur banget). Karakter yang suka berpantun juga menarik. Atau bikin karakter yang suka plesetan kata, dan orang lain terpancing untuk membetulkannya sampai level kesal pengen nabok.
Kalau karakternya mau dihidupkan buat podcast atau film, bisa menambahkan bunyi aneh, misalnya ketawa babi (seperti Sasha di serial OB). Masih banyak lagi kebiasaan verbal yang bisa disematkan ke karakter yang kita bangun, carilah.
c. Beri kebiasaan perilaku.
Misal suka garuk-garuk pantat (ewwww). Atau kalau jalan jinjit, bisa karena ingin jadi penari balet atau karena jijik takut menginjak kuman. Bisa juga kebiasaan jadwal, misal jam 6.30 pagi sudah berdiri menunggu MRT di stasiun Lebak Bulus sambil komat kamit menghafal (atau merapal) sesuatu.
d. Jangan lupakan status si karakter.
Apakah dia seorang anak? Anak dari siapa? Apakah dia mahasiswa? Mahasiswa jurusan apa dan di kampus yang bagaimana? Apakah dia usia dewasa? Bekerja? Di mana dan sebagai apa? Atau tidak bekerja tapi punya kesibukan lain?
Tentu saja karakter ini tidak akan semuanya ditulis di sinopsis atau premise. Ini latar belakang karakter si tokoh saja, supaya karakter kita berdimensi, untuk memudahkan juga kalau kita mau bikin aksi-reaksi dia terhadap sesuatu.
Sebenarnya masih banyak lagi printilan untuk membangun sebuah karakter tokoh cerita. Tapi memaksimalkan yang di atas ini menurut saya juga sudah OK.
2. Cari setting yang unik
Bisa setting waktu, atau setting tempat.
a. Setting waktu misalnya kisah jaman perjuangan kemerdekaan RI, kisah era 90an, atau kisah fantasi tentang masa depan.
b. Setting tempat misalnya Mars, dasar samudra, Seoul, Purwokerto. Itu untuk tempat yang luas, yang bisa dieksplorasi lagi jadi lokasi yang lebih spesifik. Untuk tempat yang lebih kecil bisa kapal pesiar, rumah terpencil, tempat pemancingan ikan, bahkan ada set yang hanya lift atau bilik telpon (mesti perhatiin setting waktu juga).
3. Cari konflik yang unik
Konflik atau benturan kepentingan berguna untuk membuat penonton/pembaca penasaran. Bagaimana peningkatan masalahnya, bagaimana nanti akhirnya, itulah yang ditunggu-tunggu. Tanpa konflik, penonton/pembaca sulit bertahan menyimak cerita kita.
Cara mencari konflik.
1). Tentukan konflik tokoh utama kita tuh menghadapi siapa. Apakah dia menghadapi diri sendiri? Atau dia menghadapi orang lain? Atau dia menghadapi alam (seperti film-film bencana alam)? Bisa juga dia menghadapi pemerintah, kekuatan supranatural, atau menghadapi apapun yang lebih powerful darinya.
2). Pilih konflik yang hubungannya dekat dengan tokoh utama kita. Misal:
- kalau tokoh utama kita dokter hewan di sebuah kota kecil, maka konfliknya bisa berkaitan dengan hewan-hewan di sana, atau dengan masyarakat sana.
- jika tokoh utama kita perempuan single sandwich generation pekerja kantor, maka konfliknya bisa berkaitan dengan tekanan dunia kerja, tekanan ekonomi, dan/atau tekanan masyarakat terhadap perempuan single.
- jika tokoh utama kita laki-laki single punya anak (misalnya duda seperti di Train to Busan), maka konfliknya adalah hubungan dia dan anak, hubungan dia dan pekerjaan, dan kalau di Train to Busan ada konflik eksternal berupa sepasukan zombie yang menghalangi perjalanan dia mengantar anak ke tempat ibunya.
3). Tentukan konflik eksternal dan internal si tokoh utama.
Konflik eksternal adalah benturan kepentingan si tokoh utama dengan segala yang ada di luar dirinya.
Sedangkan konflik internal adalah benturan kepentingan si tokoh utama dengan dirinya sendiri. Bisa juga disebut pergulatan batin.
Contoh konflik eksternal, misalnya masalah dokter hewan dengan masyarakat sekitarnya.
Contoh konflik internal, misalnya masalah si dokter hewan dengan keluarganya yang tak setuju pilihan karirnya yang membuat dia ngejomblo terus saking sering bergaul sama hewan.
4). Cari konflik-konlik kecil yang meletus sebelum meledaknya konflik besar.
Nah, ini memang perlu eksplorasi banget. Untuk konflik besar, kita harus mencari masalah yang besar. Misal konflik besarnya adalah "pernikahan pura-pura ini jangan sampai ketahuan orang lain". Nah ternyata ada konflik-konflik kecil yang menghiasi masalah besar ini. Bisa teman kepo yang punya feeling tajam, atau kejadian-kejadian yang bikin pernikahan yang mestinya pura-pura ini kok jadi ada perasaan mestinya ini pernikahan beneran.