Gue yang mau nangis, bukan anak-anak kelas 2 SD itu.
Bayangkan, pas gue ngajar, anak-anak itu ada yang naik-naik kursi, meja, bahkan bergulat di depan kelas. Kalau yang bergulat dilerai, maka di pojok lain akan muncul kehebohan lain. Bisa gulat, bisa jambak-jambakan. Gue teriak, nggak mereka denger. Gue bicara pelan, mereka jadi penasaran. Aha! Dapet deh perhatian mereka. Tapi pas gue ngomong dengan nada normal lagi, hyaaaaaa... kelas jadi kayak kapal pecah lagi.
Musnah sudah harapan untuk menceritakan profesi gue seperti yang udah gue rencanakan sebelumnya. Poster-poster film dan ftv yang gue print sobek karena anak-anak itu pengen melihat secara berebut. Boneka tangan yang gue bawa untuk simulasi membuat cerita juga kasihan nasibnya, soalnya ditarik sana sini sama anak-anak 2 SD itu, saking mereka pengen untuk bermain boneka.
Ketika siangnya gue dapat kelas 3 SD, suasana lebih chaos lagi. Mereka sudah capek belajar, mau cepat pulang. Eeeeh, kok ada penulis skenario nongol mau cerita tentang sk-sk-kes-se-kenario. (Mereka susah nyebut skenario sekali jadi. Tau ada profesi penulis skenario aja mungkin baru hari itu).
Pas gue dapat kelas 5 SD, hati gue nyaman tentram. Mungkin karena mereka sudah lebih "dewasa" ya. Lebih punya empati terhadap guru SD dadakan ini. Mereka lebih gampang diajak ngobrol. Lebih cepat paham situasi kerja penulis. Lebih mudah diajak bikin cerita anak-anak secara beramai-ramai. Juga lebih tertib waktu diminta bergantian memperagakan adegan cerita mereka pakai boneka tangan.
Jadi sedikit nasehat untuk gue dan calon pengajar Kelas Inspirasi mendatang... lesson plan penting, tapi lebih penting latihan ngajarin anak-anak kecil yang bandel-bandel. :)))
Dari chaos-nya murid kelas 2 dan 3 yang gue ajar... dan rata-rata pengajar di Kelompok 3 ini juga curhat yang serupa... gue jadi salut banget sama guru-guru SD! Gue cuman ngajar sekali itu aja. Guru-guru SD itu setiap hari. Bertahun-tahun. Hebatlah guru-guru SD itu. Selain menguasai ilmu pelajaran, mereka juga menguasai cara menguasai anak-anak (termasuk yang rusuh, hehehee). Makanya jangan remehkan guru SD. Di masa golden age anak, saat otak dan emosi anak lagi berkembang luar biasa cepat, peran mereka tiada tara dalam membentuk generasi penerus ini.
Tugas kami sebagai guru-guru Kelas Inpirasi sangatlah remeh dibanding tugas guru-guru SD yang asli itu. Tapiiiii... bukan berarti nggak kalah penting. Guru-guru Kelas Inspirasi punya cita-cita mulia juga. Ingin mengenalkan dunia pada anak-anak SD itu. Paling tidak: tentang dunia kerja, dunia profesi, dunia nyata. Dan penjelasannya datang langsung dari praktisinya. Mau jadi apa mereka nanti, biar waktu yang menjawab. Yang jelas, dengan memberi eksposure pada anak-anak SD tentang profesi kami sendiri, kami ingin menginspirasi anak-anak itu supaya punya cita-cita tinggi, dan terdorong untuk mencapainya.
Soal anak-anak SD yang bandel itu... gue maklumin aja. Mereka bandelnya masih bandel anak-anak kok. Nggak kriminil. Mungkin mereka pengen sedikit "carmuk" aja di depan guru Kelas Inspirasi :)). Tapi begitu dapat perhatian mereka, dan mereka merasa mendapat manfaat dari kehadiran kita.... wuuuuiiiiiiihhhh..... ucapan terima kasih mereka kedengarannya merdu sekali :). Dan mendengar itu nikmatnya luar biasa. Apalagi kalau mereka lalu terinspirasi: "saya mau jadi penulis!" atau "saya mau jadi..... (sesuai apa yang baru diajarkan). Mungkin begitu juga ya yang dirasakan guru-guru yang mengajar dengan penuh dedikasi.
Soal anak-anak SD yang bandel itu... gue maklumin aja. Mereka bandelnya masih bandel anak-anak kok. Nggak kriminil. Mungkin mereka pengen sedikit "carmuk" aja di depan guru Kelas Inspirasi :)). Tapi begitu dapat perhatian mereka, dan mereka merasa mendapat manfaat dari kehadiran kita.... wuuuuiiiiiiihhhh..... ucapan terima kasih mereka kedengarannya merdu sekali :). Dan mendengar itu nikmatnya luar biasa. Apalagi kalau mereka lalu terinspirasi: "saya mau jadi penulis!" atau "saya mau jadi..... (sesuai apa yang baru diajarkan). Mungkin begitu juga ya yang dirasakan guru-guru yang mengajar dengan penuh dedikasi.
O ya, kembali ke soal guru-guru SD yang asli. Yang bikin gue terkesan sama guru-guru itu adalah... mereka sangat ramah, dan sangat tau kalau kami para guru Kelas Inspirasi akan kelabakan menghadapi murid-murid kelas kecil (kelas 1 sd 3 SD). Jadi meski sebelumnya kami bilang ke guru-guru itu bahwa kami akan mengatasi semua murid, tapi mereka tetap stand by di luar kelas. Ternyata nggak percuma. Ada guru di kelompok 3 ini yang saking udah hopeless-nya ngajar di kelas 2, sampai menoleh ke luar kelas, ke wali kelas yang jaga-jaga di luar. Lalu dengan cepat, masuklah bu wali kelas... dan berangsur kelas itu bisa ditenangkan. Hidup guru SD!!