Salah satu sebab tulisan jadi menarik adalah ide yang unik, atau nggak biasa. Soalnya banyak hal terjadi di sekitar kita, dan sebagian besar ya persoalan itu lagi itu lagi, tapi apa yang luput dari pengamatan orang lain namun menarik untuk ditelaah? Singkatnya, ide tuh penting banget.
Tulisan ini memuat tips tentang "cara mencari dan menangkap ide" dari Mas Ekky Imanjaya, seorang dosen, blogger, kolumnis, musisi, dan pengamat film yang jadi pemateri di kelas Akademi Berbagi hari Rabu, 15 Februari 2012. Biar gue makin nyambung sama bahasan ini, sebagian gue tambah2in dari pengalaman sendiri.
Contoh ide nih. Waktu Mas Ekky sekolah di Belanda, dia melihat banyak sekali kata-kata Belanda yang mirip kata-kata Indonesia. Misal: bestek (bistik), te laat (telat). Ternyata kata-kata itu diserap bahasa Indonesia sehingga jadi bahasa kita. Nah, sebaliknya, di Belanda itu juga ada kata-kata serapan bahasa Indonesia. Misal : Sambal Oeloek (sambal uleg) dan banyak lagi.
Untuk beberapa orang, mungkin fakta itu biasa. Atau dikomentarin "Ih lucu yaaaaah". Tapi untuk Mas Ekky, ini begitu menarik, sensasional (halah) dan layak ditulis jadi artikel. Maka Mas Ekky mencatat semua kata-kata bahasa Belanda yang mirip bahasa Indonesia, lalu baca banyak referensi, maka jadilah sebuah artikel untuk Tempo berjudul "Dari Te Laat sampai Klaar".
Tapi biar sensitif sama ide tuh gimana caranya? Ya mesti banyak wawasan. Pengetahuan mesti luas. Nambah wawasan tuh bisa dengan membaca dan terus banyak baca. Cara lain adalah ngobrol, nonton film, pergi ke suatu tempat dan rasakan apa yang berbeda. Be a good observer. Kalau sudah merasakan sesuatu yang berbeda, cari referensi untuk memperkuat. Yaaah, baliknya ke membaca lagi. :)
Ada lagi ide tulisan Mas Ekky yang berangkat dari fenomena bahasa Alay ala cemunguuudhh kk. Tau nggak sih kalo ke-alay-an itu terjadi di setiap generasi? Namanya beda-beda. Dulu pernah ada bahasa binan, "Apose Cyiiin". Di tahun 80an ada bahasa ala Catatan Si Boy, "bokap nyokap lo ke rokum gout." Nah, bisa nggak tuh dirangkum dan jadi tulisan keren?? Faktor pengalaman pribadi berperan di sini (secara pas tahun 80an, mas Ekky udah jadi remaja, hahahaa). Tapi semua itu juga bisa didapatkan dari riset. Aware dulu, trus baca, nanya, dst.
Kalau udah punya ide, jangan biarkan ide itu lepas. Ide mesti ditangkap di buku catatan atau recorder. Kalau perlu dibawa aja tuh buku atau recorder ke mana-mana. "Tapi kalau naik kereta yang rame jangan sampe dikira gila karena ngomong sendiri sama recorder," kata Mas Ekky.
Ide tulisan buat media cetak tuh mesti punya nilai berita tinggi. Mesti aktual (hangat), punya sesuatu yang baru, atau unik. Unsur aktual berkaitan dengan apa yang sedang terjadi di sekitar kita.
Kebetulan kemaren kan lagi hangat masalah Tabrakan Maut di Tugu Tani dengan korban 10 jiwa, si penabrak ternyata lagi ngefelay berat. Trus ada pilot yang tertangkap lagi nyabu. Terakhir diva internasional Whitney Houston meninggal, gosipnya over dosis narkoba. Nah, dari rentetan kejadian itu, APAnya lagi (hal baru) yang mau ditulis??
* Efek narkoba secara medis? Udah sering muncul di media.
* Unsur human-interest tentang korban-korban tabrakan maut? Udah banyak media yang nulis.
* Setelah dua hari tanpa ekspresi lantaran masih terpengaruh narkoba, apa yang terjadi pada pelaku tabrakan maut setelah efek narkobanya hilang? Nangis sampe 2 hari kah dia? Stress kah dia?? Nulis sesuatu nggak untuk mengungkapkan perasaannya?? Adakah yang membuat artikelnya dari sudut psikoanalisa? - Mas Ekky sendiri belum tau udah ada yang menulis artikelnya atau belum. Tapi menurut Mas Ekky, ini suatu IDE baru dari rentetan peristiwa tersebut.
Kalau gue boleh kaitkan ke ilmu jurnalistik... yang dimaksud Mas Ekky ini adalah... ANGLE atau sudut pandang.
Ide dari Kalender
Maksudnya, be aware sama momen-momen rutin yang terjadi tiap tahun. Valentine di bulan Februari. Hari Kartini di bulan April. Peringatan Peristiwa Semanggi di bulan Mei. Hari Kemerdekaan Indonesia di bulan Agustus dll. Kembali ke soal angle, secara momen itu setiap tahun pasti ada yang nulis, HAL APA LAGI yang bisa diangkat jadi ide tulisan? Baliknya ke be a good observer yang udah disebut di atas lagi. Banyak baca, dengar, lihat (gue ulang terus biar inget).
Kalender yang dilihat jangan cuma kalender biasa. Ada yang namanya kalender budaya. Ada pertunjukan seni apa? Ada konser apa? Ada dialog budaya apa? Ada pameran apa? Siapa aja yang tampil? Siapa penyelenggaranya? Dan banyak lagi potensi ide di sana.
Mas Ekky ngasih contoh lagi soal konser. Dia nonton Konser Van Hallen. Lalu dia menawarkan artikelnya tentang konser itu ke media cetak. "Artikel konser yang ditulis oleh orang yang tidak menonton, sama orang yang menonton langsung... feel-nya pasti beda. Artikel konser yang ditulis oleh orang yang cinta banget sama yang lagi konser itu, dibanding artikel konser yang ditulis sama orang awam, pasti beda," kata Mas Ekky.
Yang ngefans berat sama musisi konser itu mungkin punya banyak ide untuk dituangkan. Namun bukan berarti yang nggak cinta jadi nggak punya bahan menarik untuk ditulis. Siapa tahu pas lagi nonton konser musik rock, sebelah kita pelawak Aming. Nah, orang-orang yang nggak disangka suka musik cadas juga bisa jadi ide (atau angle) tulisan.
Gue mau nambahin contoh. Semester lalu sebagian mahasiswa gue bikin tugas akhir berupa majalah musik. Topiknya konser. Di majalah itu, tulisan yang mereka turunkan antara lain tentang ritual artis besar tentang konser, band indie yang jadi pembuka konser Paramore, tips nonton konser biar aman tentram, dan bagaimana meng-organize konser. Nah, dari ngomongin kalender aja, ternyata bisa nyambung-nyambungin ke ide tulisan tentang konser. Dari satu kata "konser" aja bisa jadi banyak ide.
Jadi gitu deh caranya cari ide. Cara-cara ini nggak saklek. Bisa dikembangin lagi kok pake cara-cara kita sendiri. Ayo cari ide lagi. And do it with fun!