Mas Ekky Imanjaya, seorang dosen, pengamat film, kolumnis, musisi, dan (gue curiga) stand up comedian karena lucu banget, bagi-bagi ilmu tentang itu di Akademi Berbagi Jakarta, 16 Februari 2012. Di tulisan ini gue ceritain apa yang mas Ekky share.
Awalnya, untuk menulis harus punya dorongan dari dalam. Dorongan yang kuat sampai kita pengen menyampaikannya lewat tulisan. Apa aja pendorong itu??
Ada yang bilang : GALAU (lihat presiden kita, lagu yang dia tulis bisa sampai 4 album). Ada juga yang bilang untuk mengabadikan ide, berbagi informasi atau menstrukturkan kerangka pikir. Terus, di mana kita nulis? Kalau jawab buku tulis, itu belum kuno-kuno amat lho, terutama untuk nulis orat oret draft. Tapi kebanyakan manusia sekarang nulis di laptop, HP, bahkan komputer tablet.
Nah, setelah tulisan jadi, bisa dikirim ke media massa. Biasanya majalah atau koran. Kalau belum percaya diri dengan hasil tulisan sendiri, ya unggahlah ke blog pribadi, situs umum (yang kebanyakan nirlaba tapi yg penting dimuat).
Pada dasarnya, semua media cetak menerima tulisan. Asal sesuai dengan visi, misi dan gaya bahasa. Misalnya, nggak mungkin nulis tentang Valentine di majalah Sabili. Nulis tentang Valentine buat Majalah Gadis oke, buat majalah Tempo juga bisa, tapi sudut pandang dan bahasa tuturnya tentu beda.
Banyak rubrik yang bisa dituju penulis lepas. Ada rubrik opini, kolom, resensi, esai, artikel populer dan artikel ilmiah-populer (artikel ilmiah tapi bahasa asik dan tanpa catatan kaki). Kalau mau menulis buat salah satu rubrik, pelajari dulu rubrik itu. Baca-baca, sampe kira-kira tau yang dimau sama redaksi itu kira-kira apa?
Nah, setelah tau apa yang dimau media massa, bikin deh tulisan. Tapiiii... nulis apa?? Tenaaaang... Gue bahas di tulisan berikutnya. Cekidot!!
No comments:
Post a Comment