Hari ini, 22 Desember 2013.
Digembar-gemborkan sebagai Hari Ibu.
Di kalender gue sih cukup terlihat sebagai Hari Minggu.
Terus terang, timeline penuh tweet puja puji pada ibu mengganggu gue pagi ini. Bukan berarti gue nggak hormat sama ibu. Tapi entah kenapa, di kebanyakan tweet itu gue nggak ngerasa tersentuh. Padahal itu buat ibu kan? Nggak berasa gitu kalau itu karena sayang.
Sekali lagi, ini perasaan gue aja sebagai pembaca timeline. (dan gue ngakak pas baca tweet seseorang yang bilang alangkah baiknya kalau tweet tentang ibu ini dilakukan bukan sambil goler-goler di tempat tidur. Hihihiii... THIS is what i meant).
Nah. Topik hari ibu jadi bahan obrolan pagi gue dan nyokap kali ini. Perlu nggak sih ucapan Hari Ibu?? Nyokap menjawab dengan ketus, "NGGAK PERLU!". Tapi dia senyam senyum sambil melanjutkan... "Kalo mau dijawab serius, cepek dulu.....". Lhaaaaaaa.
Sambil becanda gue sodorin seratus ribuan yang langsung nyokap sambar. Hahahaaa. Tapi kayaknya nyokap emang pengen jawab serius. Mungkin sekalian curcol. :)
Hari Ibu, kata nyokap, nggak perlu diucapin selamat pakai kata-kata.Apalagi kalau nggak dari hati. Heart can only be touched by heart. (Naaaa, ini yang gue maksud waktu ngomongin perasaan gue tentang tweet hari ibu). Nggak ada ibu yang nggak pengen anaknya hormat, sopan dan sayang sama si ibu. Jadi kalo ada anak yang kurang ajar... beuuh... hati ibu itu jadi hati paling teriris di dunia.
Nyokap bilang, memberi apresiasi pada ibu itu penting. Soalnya ibu itu yang hamil 9 bulan lebih, terus melahirkan anak. Itu berat tauk! Tapi kan ibu nggak mikirin berat. Yang ibu pikirin itu anaknya harus sehat, cukup makanan lahir dan batin.Terus setelah lahir, emangnya bisa seorang anak tumbuh besar sendiri? Bisa sih :) Tapi ibu yang baik akan jadi guru dan teman yang baik buat anaknya, dari mulai belajar ngomong, belajar makan, belajar jalan, belajar ilmu pengetahuan, belajar gaul, dst.
Bayangkan, kalau setelah besar... anak terus kurang ajar sama ibunya. Apa nggak sedih tu hati ibu? (mmmm... gue mulai parno, pernah kurang ajar apa aja ya sama nyokap?).
Lalu nyokap nyebut-nyebut Eyang Putri. Dan mata nyokap mulai berkaca-kaca ngebayangin perasaan ibunya yang udah tua dan sakit dan sudah seperti anak kecil lagi, dan nggak bisa doi datengin sering-sering karena nyokap sendiri mesti ngurusin pengobatan dirinya sendiri plus turun tangan handle cucu. (semoga di masa senjanya nyokap nggak kesepian kayak ibunya ya *ngomong sama diri sendiri, plus kirim telepati ke kakak gue :)) *).
O ya, gue sempet BBM teman-teman gue yang sudah jadi ibu. Cuman nanya: "gimana rasanya jadi ibu di jaman sekarang?"
Ada yang jawab. "Luar biasa".
Ada yang jawab. "Biasa aja." Lho???
Ada yang jawab. "Seperti jatuh cinta setiap hari. Hehehee, lebay ya?"
Ada yang jawab. "Jadi ibu jaman sekarang harus pintar-pintar dan jangan lemah." Like this! :)
Kalau ditanya tentang peran ibu, rata-rata jawabannya kurang lebih serupa. Intinya: nyiapin anak biar bisa mandiri di masa depan. (nggak ada yang jawab nyiapin jadi anak sholeh/sholeha. hehehee. atau mungkin nggak ke-survey, begitu).
Gue lupa, mestinya nggak cuman para ibu yang gue tanya. Tapi para perempuan lain yang belum jadi ibu mestinya ditanya juga. Hari Ibu itukan peringatan pembukaan Kongres Perempuan Nasional Indonesia (1928), momen di mana para perempuan berkongress untuk membahas peran perempuan di negara ini. Emang sih kebanyakan yang kongress waktu itu ibu-ibu. Tapi kalau ngomongin Hari Ibu, jadinya kita mikir domestik seperti curcolnya nyokap gue tadi (meski itu sangat berharga juga). Sementara kalo ngomongin Hari Perempuan, gue yakin 2000 persen meski nggak punya instagram.... pasti issue-nya lebih beragam.
"Gimana rasanya jadi Perempuan di jaman sekarang?".
"Hai Perempuan, apa peranmu di masa sekarang?".
**catet untuk dibahas di lain waktu**
No comments:
Post a Comment